Jumat, 14 April 2017

ANTARA DEVISA DAN JIWA BANGSA

TKI SEBAGAI TUMBAL DEVISA ? 


Menurut saya, jika melihat Malaysia sebagai mitra strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara maka ada beberapa hal yang patut kita lihat dan kaji ulang mengenai keberadaan TKI dan TKW di luar negeri. Ambil saja , Malaysia. Masyarakat mayoritas Malaysia adalah Muslim, serta serumpun melayu, bisa dibilang mereka mempunyai akar sejarah yang kuat dengan Indonesia. Dari kesamaaan itu saja, dapat saya simpulkan bahwa adanya hubungan interaksi warga negara Malaysia dan Indonesia adalah salah satu konsekuensi yang sudah terjadi, dulu dan kini. Akan tetapi, mengingat fenomena global yang saat ini begitu kompleks, maka hadirnya TKI dan TKW itu sendiri sebagai devisa negara ikut menjadi konsekuensi global yang menjadikan warga negara Indonesia sebagai proses dari globalisasi tersebut, khususnya yang menjadi pembantu rumah tangga di negara-negara tetangga. Letak yang sangat strategis antara Indonesia dan Malaysia yang begitu dekat, mempermudahkan WNI yang ingin menjadi TKI di negara tersebut. Tidak tanggung-tanggungnya, banyak TKI/TKW kita yang bekerja di negeri Jiran itu, menikah dengan warga lokal, bahkan hingga ada yang berkeluarga dan mempunyai banyak keturunan yang banyak di Malaysia.

Dari pengamatan saya, sebenarnya fenomena dari keberadaan TKI dan TKW yang ada di luar negeri mempunyai konsekuensi, baik positif maupun negatif. Jika dilihat dari segi positif, maka wujud dari keberadaan mereka mampu menaikkan devisa negara dan mendongkrak ekonomi domestik dengan adanya pemasukan yang mereka dapatkan di luar negeri. Penghasilan rata-rata mereka yang didukung oleh nilai tukar dari mata uang di negara tersebut, tidak terkecuali Malaysia, mampu memberikan kontribusi nyata dalam sektor ekonomi Indonesia, baik dengan pendirian koperasi ataupun pembukaan lapangan kerja baru bagi penduduk tempat dimana TKI/TKW tersebut berasal.

Sedangkan untuk konsekuensi negatif, ini bisa dilihat dari perilaku warga negara kita yang bekerja sebagai TKI atau TKW di luar negeri. Persiapan yang kurang matang dan hanya berbekal keberanian juga menjadi persoalan yang patut dipehitungkan jika menjadi TKI di luar negeri. Akhirnya, itu bisa saja mengakakibatkan tindakan kekerasan karena pengalaman kerja yang kurang maksimal dan kinerja yang kurang memuskan. Fakta yang terjadi di akhir 2016 mengenai korban kekerasan dan intimidasi WNI kita, Suyanti, membuktikan betapa buruknya citra TKI kita yang ada di Malaysia. Konsekuensi negatif juga bisa dilihat dari kurangnya pendidikan tinggi tinggi dan pemahaman yang mendalam akan Indonesia, hingga perilaku yang tidak inginkan sering terjadi di negara tempat TKI itu bekerja. Perilaku “negatif” pun marak dilakukan oleh mereka. Hingga pada akhirnya, citra Indonesia di luar negeri menjadi buruk akibat kelakukan mereka. Maka perlu adanya pendidikan, pelatihan yang matang dan sistematis secara konseptual, agar mampu menangani kasus TKI di luar negeri.

Di Indonesia, salah satu model pekerjaan ini (TKI/TKW) memang diminati. Mereka ditempatkan di luar negeri yang juga karena gajinya yang cukup besar. Pemerintah Indonesia terus menaikkan  ekonomi domestik dan menambahkan devisa negara melalui pengiriman tenaga kerja dari rakyat kita di luar negeri. Menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera memang adalah hal yang harus diperjuangkan bagi seluruh warga negara kita, dengan kerja apapun itu jika legal dan halal, maka Insya Allah menjadi alasan kita untuk membuat Indonesia maju dan terkenal di mata dunia. 




NB: Dari Berbagai sumber 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri

1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, ...