#DiplomatNyantri di Gontor sebagai People to People Diplomacy, Langkah Besar Kemlu Mencetak Diplomat Muda Indonesia Berkepribadian Dan berwawasan Pesantren.
By Muhammad Akbar Rahmadi, HI UNIDA Gontor 2014
Akhir Bulan Rajab dan awal hingga pertengahan April, UNIDA Gontor, Ponorogo mulai sibuk mempersiapkan kedatangan diplomat muda Indonesia dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berjumlah 47 orang, meskipun yang hadir berjumlah 36 orang. Sebagian panitia yang dibimbing oleh Asatidz dan Ustadzah sudah melakukan koordinasi yang matang beberapa malam sebelumnya dengan biro dan lembaga Kampus yang khusus menangani kerjasama lembaga. Paginya, dengan persiapan yang apik dan matang, beberapa panitia berangkat ke Bandara Adi Sucipto Solo dengan beberapa rombongan mobil pondok untuk menyambut kedatangan para diplomat.
Suasana hangat pagi nan cerah menambah jiwa semangat dan optimistis mahasiswa dan dosen2 kali ini. Betapa tidak, putra-putri terbaik negeri ini sebagai penggerak mesin diplomasi Indonesia ingin belajar dan berbagi, lebih tepatnya lagi #mondok atau #nyantri di Universitas Darussalam Gontor, sebagai kelanjutan jenjang menengah di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Indonesia.
Agenda mondok atau nyantri yang terselenggarakan sukses seminggu ini terlaksana atas hasil kerjasama & kolaborasi Kementerian Luar Negeri RI dan Universitas Darussalam Gontor, yang melibatkan jajaran dosen dan mahasiswa yang terdiri dari prodi Hubungan Internasional dan Ilmu Komunikasi, yang keduanya di bawah naungan Fakultas
Humaniora. Dari pihak Kemenlu RI ialah Lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan, dalam jenjang Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Kemlu RI, Angkatan ke 60 yang semuanya berproses menuju tingkat Diplomat Madya. Dipimpin oleh Direktur Sesdilu, Bapak M. Aji Surya, yang sangat akrab jika dipanggil dengan #DiplomatZamanNow dan tentunya
ditujukan kepada semua peserta SESDILU 60.
Perlu sepengetahuan, dalam Kementerian Luar Negeri RI, ada tiga jenjang proses pendidikan Diplomat karir, yaitu 1) Sekdilu, atau Sekolah Dinas Luar Negeri, 2) Sesdilu, atau Sekolah Staf Luar Negeri dan 3) Sesparlu, Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri. Semua jenjang ini diadakan secara bertahap dan akan menjadi mercusuar kemajuan para diplomat dan praktisi Kemenlu RI dalam mengawal mesin diplomasi Indonesia.
Selama 4 hari mereka di sini, kegiatan santri dan santriwati yang variatif nan dinamis disajikan oleh pondok dengan penuh khidmat dan kearifan. Lalu lalang ribuan santri seperti air yang mengalir, berada dalam alam pendidikan Pondok Gontor yang khas dengan kedisiplinan yang rapi dan elegan, menjadi salah satu pemandangan yang unik bagi peserta diplomat yang sedang nyantri. Para diplomat pun belajar dan melihat realitas alam pendidikan Gontor, penegakan disiplin bahasa di Gontor, antrian panjang di dapur umum, percakapan khas bahasa arab pondok, hingga mondar-mandir dalam suasana keakraban santri dan guru-guru di malam hari yang semuanya menambah keteduhan dan harmoni Pondok Madani (istilah Gontor dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ust. A. Fuadi).
Menjelang maghrib di Pondok Putra dan Putri, nuansa damai dan sejuk pun datang. Dengan aroma disiplin, santri yang terlambat akan diberdirikan, menjadi ciri khas tersendiri, bahwa disiplin dalam pergi ke Masjid adalah usaha untuk mendidik diri sendiri dan keluarga di masyarakat nanti, hingga lantunan azan tiba. Di malam awal kedatangan para diplomat, mereka diarahkan untuk mendengar Pesan dan Nasehat dari Kyai Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal. Dengan kharismatik seorang Kyai, Kyai Hasan menyampaikan peran penting seorang diplomat akan wawasan kepesantrenan dan Islam sebagai Rahmat dan salah satu pilar utama diplomasi Indonesia.
Besok paginya, latihan senam ala Pondok diadakan bersama para #DiplomatZAmanNow, sempat juga latihan bola bersama hingga mengajak guru dan mahasiswa untuk ikut andil dalam jeni olahraga terbesar di jagad ini. Meskipun dimenangkan oleh Tim kampus UNIDA, nilai2 kebersamaan dan sportivitas tetap di junjung tinggi para Diplomat Muda, Tim #Sesdilu60
Suasana menjadi ddem lan tentrem tatkala panggilan Azan Jum’at mulai menggema dan mengarahkan para Santri Gontor yang ribuan itu serta #DiplomatNyantri untuk bersegera ke Masjid. Dilanjutkan besoknya, segala elemen kampus UNIDA Gontor memberikan sumbangsih yang optimal di kelas-kelas diskusi, baik tentang diplomasi ekonomi, perlindungan WNI, tantangan dan peluang dari regionalisme hingga
pemaparan tentang Simulasi Sidang PBB, OKI, dan International Conference. Para Diplomat muda juga bertemu Rektor UNIDA Gontor, Prof. Amal Fathullah Zarkasyi. Selain itu, kehadiran Pakar Peradaban Islam, Penulis buku Misykat yang juga sebagai wakil Rektor 1 UNIDA Gontor, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi MA menambah suasana keakraban diskusi Diplomat dan akademisi.
Dalam sepekan ini, para Diplomat membagi pengalaman mereka sebagai praktisi selama apa saja tantangan dan peluang menjadi diplomat. Di sisi lain, wadah pertukaran ide dan gagasan kepesantrenan yang dibagi oleh mahasiswa UNIDA Gontor menjadi nilai plus tersendiri bagi diplomat. Di sore hari, Senam raga juga dimaksimalkan bersama para santri dan mahaiswa #Santriwati. Ini juga penting karena #AkalYangSehat terdapat pada #BadanYangSehat pula.
Pengalaman kami, yang pernah #mondok dan #nyantri di Gontor, kenapa Gontor
tetap eksis hingga hari ini, karena pendidikan kepemimpinan di Gontor sangat khas dan mempunyai makna dan kesan edukatif kepada para santri-santri. Pondok Pesantren adalah corak asli pendidikan Indonesia yang indigineous. Pendidikan Keislaman di Pondok yang berdaya sentuh Rahmatan Lil’Alamin, mampu mencetak dan mengkader alumninya hingga mampu berkiprah di mana saja kapan saja di medan apa saja, dan semuanya itu dalam rangka mendidik Santri.
Sebut saja Wakil Menteri Luar Negeri RI saat ini, Bpk AM Fachir, yang juga alumni Gontor. Beliau pernah menjabat sebagai Dubes RI di Mesir dan Wakil Dubes di Arab Saudi. Suatu kali, beliau pernah bercerita bahwa pengalaman latihan Pramuka saja di Gontor, mengajarkan santri untuk selalu semangat dalam totalitas tinggi dalam
menuntaskan pekerjaan. Ini kemudian menginspirasi Pak Fachir untuk terus semangat dalam mengawal perlindungan WNI di beberapa konflik di negara-negara Timur Tengah saat menjadi diplomat sebelum menjadi dubes (pengalaman kami menghadiri sarasehan alumni Gontor 90 tahun Gontor & wawancara langsung di kantor beliau).
Tidak hanya itu, bahasa arab dan inggris sebagai poros pendidikan linguistic santri menjadi andalan ketika mereka sudah lulus dan terjun di dunia kerja manapun itu. Contohnya saja, yang mewakili Kemenlu RI dalam penerjemahan resmi negara saat kedatangan King Salman Bin Abdul Aziz ke Indonesia juga alumni Gontor, Syahrul Murajjab, yang kini mengemban amanah negara sebagai diplomat Indonesia di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan ada beberapa alumni Gontor yang memilih untuk menjadi staf lokal di berbagai perwakilan RI di Eropa dan Timur Tengah. Masih banyak lagi peran santri dan alumni Pondok, tidak hanya Gontor saja, yang memberikan pesan positif bahwa alumni pondok pesantren tentunya bisa bersaing dan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada ketika mereka sudah lulus dan terjun langsung di masyarakat
nantinya.
Tantangan ke depan tentu banyak. Kolaborasi antara unsur-unsur pemerintah dan masyarakat sipil dalam menjawab segala tantangan global perlu terus dilakukan agar menghasilkan solusi-solusi yang mampu menjawab masalah yang dilihat dari berbagai perspektif, apalagi sudut pandang kepesantrenan. Apa yang dilaksanakan oleh Kemlu RI dan Gontor beberapa hari ini memberikan pesan positif bahwa Para Diplomat dan Negosiator Indonesia bisa terus menjadi pilar kokoh dalam menjawab tantangan global.
Para diplomat belajar tentang arti keikhlasan, kesederhanaan, berdikari dan ukhuwah Islamiyah serta kebebasan yang positif dalam lingkungan kepesantrenan. Selain itu, motto pondok berupa Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas mampu dialami para diplomat dalam sepekan yang betul-betul di alam kekhusyukan santri. People to People Diplomacy_semacam ini perlu terus digaungkan agar kedepannya, semakin banyak para diplomat Indonesia yang memahami kultur kepesantrenan sebagai corak pendidikan Asli Indonesia. Tujuannya adalah agar para diplomat dapat menerjemahkan Rahmat sebagai perbendaharaan Ilahiyah yang menjadi ruh dari Islam, ke dalam berbagai bentuk ekspresi universal dalam interaksi antar bangsa. Hanya dengan ini, Indonesia bisa eksis dan bermakna dalam percaturan dunia.
Santri pun demikian, tidak hanya bisa membaca kitab dan duduk di madrasah serta masjid saja, melainkan santri harus mampu membaca isu-isu aktual, dinamika politik di negaranya dan kawasan ASEAN dan global secara keseluruhan, peluang dan tantangan, mampu berpikir kritis terhadap isu-isu domestik dan internasional, serta secara aktif memberikan gagasan yang konstruktif bagi kemajuan bagi Indonesia di masa mendatang, yang tentunya akan
menjadi nilai plus bagi santri itu sendiri dan kemajuan Islam di nusantara ini.
Sehingga, santri mampu merepresentasikan elite ruhaniyah sebagai Ulul Albab, yang mampu memandang dinamika internasional dari perspektif Rabbani, dan menawarkan solusi segar bagi segala bentuk penyakit jaman yang tengah menjangkiti dunia saat ini.
Agenda seperti #DiplomatNyantri ini menstimulus peran dari mahasiswa santri yang produktif sebagai penjaga utama atau #Guardian dalam nilai moralitas perdamaian dan kemanusiaan di Indonesia. Mereka diajarkan dari sejak duduk di bangku perkuliahan, hingga ketika lulus nanti terus berkontribusi dalam memberikan aroma perdamaian dan kemanusiaan ke dalam mesin politik luar negeri Indonesia.
Terima Kasih Kakak kakak Diplomat #Sesdilu60 Kemlu RI, terima kasih juga pihak panitia dari UNIDA Gontor. Kakak Diplomat jangan bosan datang ke Pondok dan kampus kami. Jadi ceritanya, #DiplomatZamanNow itu mondok dan nyantri di Gontor. Hhe.
Asykurukum Syukron Jaziylan
.
Salam #SahabatKemlu #sahabatunidagontor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri
1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, ...
-
#DiplomatNyantri di Gontor sebagai People to People Diplomacy, Langkah Besar Kemlu Mencetak Diplomat Muda Indonesia Berkepribadian Dan berwa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar