Konflik
Suku dan Budaya yang terjadi di Lampung
LATAR BELAKANG
Setiap
manusia memiliki potensi konflik yang berbeda. Pada intinya konflik tersebut
timbul karena adanya perbedaan antara persepsi manusia dalam segala hal. Potensi konflik itu akan berbeda pula dalam
situasi dan kondisi yang berbeda. Pengaruh dalam suatu kelompok sosial yang
memiliki potensi konflik yang sangat relevan dengan potensi konflik individu.
Suatu daerah memiliki persepsi sendiri dalam bersosialisasi dan bergaul,
sehingga tidak dapat disamakan atau ditindih dengan cara bersosialisasi yang
berlawanan. Jika hal itu terjadi maka akan menyebabkan suatu konflik yang tidak
hanya individu, melainkan suatu kelompok sosial.
Kelompok sosial sendiri adalah suatu kelompok
yang tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama dan menyepakati dengan
nilai-nilai dan moral yang ada dalam kehidupannya. Jika ada suatu kelompok
sosial lain yang ingin mendominasi kelompok tersebut, maka akan terjadi konflik
karena potensi konflik tersebut telah terpicu akan pendominasian itu. Ini
dikarenakan Indonesia belum mengfungsikan unsur-unsur bangsa menjadi suatu
integrasi yang kuat. Keberagaman agama, suku, dan budaya merupakan salah satu
potensi konflik yang sangat menonjol di negara Indonesia yang kaya akan budaya.
Sekarang bagaimana dengan keberagaman tersebut Indonesia dapat berintegrasi
dengan kuat dan membentuk suatu kesatuan yang kuat agar tidak terjadinya
konflik-konflik yan tidak diinginkan.
KONFLIK ANTAR SUKU
BUDAYA
Sudah menjadi hal yang
lumrah jika dalam wilayah Indonesia terjadi suatu konflik antara suku dan
budaya. Dengan Indonesia yang berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika, tampapknya
tidak semudah itu untuk dapat menyatukan suatu perbedaan yang sangat jauh.
Salah satu contoh konflik antar suku budaya adalah konflik antara Bali dan
Lampung. Bali yang masih kental akan hal-hal mistis dan memiliki suatu
kebudayaan sendiri dan Lampung yang memiliki kebudayaan yang berbeda pula.
Banyak
orang-orang Bali yang berimigrasi ke Lampung. Mereka hidup bersama-sama dengan
orang Bali yang tinggal di tanah Lampung juga. Mereka hidup dalam satu daerah,
satu komunitas pada suatu wilayah di Lampung yang bernama Sidomulyo. Isu-isu
yang beredar memiliki versi cerita yang berbeda-beda. Awal mulanya adalah
ketika seorang wanita pribumi yang pulang malam setelah bekerja. Wanita
tersebut berjumpa dengan pria yang berasal dari Bali, dan pria tersebut
menggoda wanita tadi. Akhirnya wanita tersebut tidak terima dan mengadu pada
sanak keluarganya. Disinilah awal mula perseteruan ini yaitu saling adu satu
sama lain, dan keluarga wanita tersebut mengumpulkan masyarakat Lampung
beramai-ramai. Hal ini memanglah sangat remeh, permasalahan yang mulanya
merupakan masalah individu menjelma menjadi permasalahan antar suku budaya.
Suatu potensi konflik yang sangat biasa menjelma menjadi konflik yang sangat
luar biasa. Konflik yang sebelumnya antara individu menjelma sekali lagi
menjadi konflik antar suku dengan budaya yang sangat berbeda.
Ketika masing-masing pihak telah
mengumpulkan kekuatan mereka dengan melalui sanak keluarga yang berujung pada
sanak suku budaya. Orang-orang Lampung berbondong-bondong pergi menuju kawasan
kediaman orang-orang Bali untuk suatu penyerangan. Disini dapat dilihat,
bagaiamana suatu integritas yang kuat dapay timbul dikarenakan faktor lawan,
yaitu memiliki lawan yang sama atau musuh yang sama. Rasa integritas itu akan
muncul sangat luas jika kita kita membela apa yang kita yakini sekarang, dengan
nilai-nilai yang mengikat kita menjadi suatu integritas yang kokoh dan kuat.
Ketika masyarakat Lampung telah
berkumpul dan siap menyerang orang-orang Bali, ternyata mereka orang-orang Bali
menghilang tanpa jejak dengan seketika. Kediaman mereka kosong tak berpenghuni.
Hal ini menyebabkan masyarakat Lampung lebih terbakar emosi karena menilai
orang-orang Bali sebagai pengecut. Nyatanya kebudayaan masyarakat Bali itu
sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistis. Dimana orang-orang Bali itu
tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak. Warga Lampung sangat bingung dengan apa
yang terjadi, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membakar habis seluruh
rumah di kediaman orang-orang Bali. Jumlah rumah yang terbakar dalam peristiwa
ini adalah 60 rumah. Warga Lampung bingung untuk meluapkan emosi mereka, dan
hingga akhirnya mereka pulang. Konflik ini terjadi pada awal tahun 2012,
tepatnya pada bulan Januari di daerah Desa Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo
Lampung Selatan.
PENYELESAIAN KONFLIK
Terdapat tiga teori dalam menyelesaikan sebuah
konflik, yaitu teori konsiliasi, teori mediasi, dan teori arbitrasi. Ketiga
teori tersebut merupakan suatu sistem yang telah tersusun secara sistematis.
Terdapat banyak cara dalam menyelesaikan sebuah konflik tergantung pada konflik
itu sendiri. Di atas telah diuraikan bahwa konfilk yang terjadi adalah konflik
antar suku budaya. Konflik muncul karena penjelmaan dari suatu potensi konflik,
potensi konflik ada dikarenakan adanya suatu perbedaan, perbedaan ada karena
Indonesia merupakan Bhinneka, agar mempersatukan perbedaan itu, Indonesia
membuat Pancasila berserta UUD. Dengan pancasila dan undang-undang dasar,
rakyat Indonesia menyepakati untuk terikat dalam pancasila dan undang-undang
dasar, sehingga timbulah suatu integrasi yang kuat di antara rakyatnya.
Dengan berpegang teguh pada suatu nilai
atau hukum, maka akan timbul sebuah integrasi, seperti yang dikatakan oleh R.
William Liddle. Indonesia yang sangat luas dan beraneka ragam saja dapat
bersatu , apalagi konflik yang bersifat daerah antar suku. Dengan menanamkan
nilai-nilai kembali pada masyarakat Bali yang tinggal dalam wilayah Lampung,
dengan menjunjung solidaritas kawan yang tinggi, maka perbedaan tersebut akan
menjelma menjadi sebuah energi positif yang justru selalu membawa ke dalam
hal-hal yang positif.
KESIMPULAN
Sebenarnya konflik itu dapat
terjadi di manapun kita berada, entah konflik antar suku, ideologi, atau bahkan
antar agama. Setiap dari manusia memiliki potensi konflik masing-masing seperti
yang telah diuraikan dalam latar belakang. Semua ini tergantung pada kita,
bagaimana kita menerima stimulus yang ada, merespon dari kekuatan stimulus yang
timbul oleh suatu kejadian yang dapat menyebabkan perubahan potensi konflik
menjadi sebuah konflik yang berbahaya. Patutnya kita dapat menganalisa dan
memahami bagaimana penjelmaan tersebut dan kita dapat mencegah agar tak terjadi
kesalahan yang sama. Manusia yang belajar adalah manusia yang tidak jatuh pada
lubang yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar