Sabtu, 27 Februari 2016

Critical Review

Critical Review
Berdasarkan makalah The political salience of cultural difference: Why Chewas and Tumbukas
are allies in Zambia and adversaries in Malawi” yang ditulis oleh Daniel N. Posner
--University of California—

Makalah ini menjelaskan bagaimana suatu kebudayaan dapat mengakibatkan perbedaaan dan perpecahan budaya, serta pengaruh politik yang dapat mengakibatan konflik. Berdasarkan makalah yang ditulis oleh Daniel N. Posner mengenai masalah perpecahan budaya,  ada kelompok yang ingin terlibat diri dalam konflik  yang terjadi dan mengakibatkan perselisihan antara dua kelompok tersebut. Kelompok  tersebut berupa suku yang kini menetap di kawasan Malawi dan Zambia. Kedua suku tersebut adalah suku Chewa dan Suku Tambuka. Mereka menetap dan merupakan salah satu populasi terbesar di kawasan Malawi dan Zambia.
Sebelumnya, Republik Malawi adalah sebuah negara yang terdapat di daratan Afrika bagian selatan. Malawi berbatasan dengan Tanzania di sebelah utara, Zambia di barat laut, dan Mozambik di timur, selatan dan barat. Danau Malawi yang memanjang di sepanjang perbatasan timur Malawi mencakupi seperlima wilayah negara itu. Asal mula nama Malawi tidak diketahui, nama itu diyakini berasal dari suku di wilayah selatan atau inspirasi dari 'cahaya matahari yang menyinari danau', ini dibuktikan dengan lambang negara yang berupa bendera yang bergambarkan setengah matahri yang memancarkan cahayanya. Selain itu, di negara ini hidup dua suku yang selalu bertentangan, yaitu Suku Chewas dan Suku Tumbuka. Tumbuka adalah salah satu kelompok etnis yang bernama Bantu dan meninggali Utara Malawi, Timur Zambia dan Selatan Tanzania. (wikipedia).
Beda lagi dengan Suku Chewa. Suku Chewa adalah salah satu suku dari etnis Bantu dari orang Afrika bagian selatan dan kelompok etnis terbesar di Malawi. Chewa berhubungan erat dengan orang-orang di daerah-daerah sekitarnya seperti Tumbuka dan Nsenga. Mereka secara historis juga terkait dengan Bemba, dengan siapa mereka berbagi asal yang sama di Republik Demokratik Kongo. Seperti dengan Nsenga dan Tumbuka, sebagian besar dari wilayah Chewa berada di bawah pengaruh Ngoni, yang dari Zulu atau Natal/Transvaal. Selain itu, sering digunakan Nyanja, nama lain dari Chewa. Bahasa mereka disebut Chichewa. Di mata dunia, Chewa terutama dikenal karena topeng mereka dan masyarakat rahasia mereka, yang disebut dengan Nyau, serta teknik pertanian mereka.
Di negara Malawi, sangat banyak orang yang bersal dari suku Chewa serta suku Tumbuka. Di negara ini juga hidup bermacam-macam suku asli afrika yang mendiami seperempat wilayah tandus tersebut. Maka tidak heran apabila potensi konflik ini timbul antara dua suku tersebut. Selain itu, beberapa macam konflik dan pertikaian yang terjadi di negara tersebut, yang disebabkan oleh suku Chewa dan Tambuka. Akan tetapi, di wilayah Zambia, kehidupan dua suku ini lebih damai. Menurut Daniel N. Posner di dalam makalahnya yang di terbitkan oleh  Cambridge Press, ia mengatakan bahwa keberagaman suku budaya, sistem perkawinan dan beberapa budaya lainnya menimbulkan potensi konflik yang tinggi antara dua tersebut. Selain itu, desa yang sangat dekat, bahwa ini akan memberikan perselisihan dalam faktor geografis dan ekologis yang juga dapat mempengaruhi kesejahteraan atau mode pertanian desa produksi. Dengan demikian, berpotensi sikap mereka terhadap anggota suku tersebut.
Daniel N. Posner juga meneliti beberapa pedesaan yang dijadikan sebagai objek observasinya dan mempelajari bagaimana munculnya konflik yang terjadi di daerah tersebut. Agrikultural menurut dia di keempat desa yang ia jadikan sebagai objek observasi juga sangat mirip, dan tumbuh di sekitarnya jagung dan produksinya serta kacang tanah untuk konsumsi lokal. Ada juga sejumlah kecil tembakau yang subur untuk pasar domestik dan internasional. Dia juga berhati-hati untuk memilih desa-desa yang sama terkena urusan politik nasional di masing-masing negara, antara Zambia dan Malawi.
Dari apa yang diteliti oleh Daniel N. Posner diatas tadi membuktikan bahwasanya adanya keterlibatan sistem politik praktis yang masuk dalam sebuah kebudayaan, maka dari situ akan menimbulkan potensi konflik yang akan mengakibatkan perselisihan. Perselisihan yang terjadi kerap mengakibatkan perang sipil, dan saling diskriminasi antar satu kelompok dengan kelompok yang lain. Artinya, merupakan sesuatu yang penting dari politik yang ada dan sebuah kebudayaan akan memepengaruhi suku yang tinggal di kawasan tersebut. Maka sebaiknya, adanya sebuah politik tidak seharusnya mengganggu sistem kebudayaan tersebut.
---o0o---

Muhammad Akbar Rahmadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri

1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, ...