Sabtu, 25 Agustus 2018

Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri


1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, Oktober 2017. 



Pendahuluan

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hello guys, apa kabar, Alhamdulillah pada sehat semua yah. Kita patut bersyukur pokoknya atas segala Nikmat yang Tuhan telah berikan ke kita. Intinya, banyak2 bersyukur, maka Tuhan akan menambah nikmat kita. Amin.

Berbicara mengenai kehidupan, yah ginilah kehidupan guys, kadang naik turun. Kadang kita diatas, melihat orang-orang sekitar kita yang sudah mencapai cita-citanya duluan, kita masih di bawah. Kadang kalau kita sudah diatas, banyak orang yang juga ingin mendapatkan posisi kita hingga hari ini. Tinggal bagaimana saja kita terus berbuat baik, saling berbagi dan terus menginspirasi dan memotivasi, agar hidup lebih bermakna dan mempunyai tujuan yang berarti. Hingga saatnya Tuhan memanggil, “Bro, Sist, waktunya sudah cukup, saatnya balik.” Insha Allah kita semua khusnul Khatimah. Amin.

Okay, pada kali ini gue akan berbagi mengenai pengalaman magang di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta Pusat. Magang ini sangat penting, karena selain di kampus juga hadir sebagai program prodi yang SKS nya ada 4 dan menjadi persyaratan menjadi sarjana, magang ini juga berarti kegiatan untuk memaksimalkan potensi kita sebagai anak bangsa yang cinta tanah air, serta civitas akademika yang haus akan ilmu demi masa depan bangsa. Maksudnya cinta tanah air bagaimana? Nah dalam hal ini, kita turut melaksanakan amanah undang2 dasar 1945 yaitu dalam rangka tetap berpartisipasi aktif dalam menegakkan perdamaian abadi dan menolak segala bentuk penjajahan yang ada di seluruh dunia. Dalam hal ini, kalau kalian merasa terpanggil sebagai pengisi kemerdekaan dan masih duduk di perguruan tinggi tingkat sarjana, sebaiknya magang di Kemenlu deh, atau di organisasi peemerintah manapun itu, sesuai dengan passion kalian, kalau di Kemlu itu agar bisa mengetahui dan melihat secara langsung bagaimana diplomasi itu berjalan, proses perjalanan pembuatan kebijakan dan solusi bagaimana dan apa saja peran Indonesia dengan politik luar negerinya di dunia internasional.

Perlu sepengetahan kalian, kemarin gue melaksanakan Program Magang di Direktorat Asia Selatan dan Tengah, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kalau menurut gue, magang ini tidak hanya sekedar menjalankan rutinitas sehari-hari saja di Kementerian Luar Negeri, akan tetapi juga berusaha untuk menciptakan rasa semangat dan jiwa survivor yang tinggi, karena juga mengasah diri agar bisa mengatur waktu dan pola hidup teratur, disiplin dan bertanggung jawab, sebelum terjun di dunia karir nantinya. Kalau kerja, apalagi dalam bidang kesekretariatan dan administratif sering lah ya gaes, kita temukan di dalam perkuliahan, apalagi kalau kayak kalian di Himpunan atau organisasi, itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi kalau manajemen waktu, dan juga latihan dalam pengembangan kapasitas diri, dalam hal ini mengasah kemampuan interpersonal skill dan komunikasi dengan para pejabat, diplomat, bahkan setara Wakil Menteri, gue kira di Kemenlu lah tempatnya. Di Kemenlu RI lah, gue mendapatkan banyak pengalaman hidup yang sungguh luar biasa, yang gue kira orang lain belum tentu mendapatkan apa yang gue telah raih. Maka dari itu tadi gaes, mari terus berbuat baik dan saling berbagi, agar energi positif yang kita dapatkan terus kita bagikan dan mampu menjadikan kita pribadi-pribadi yang bermanfaat di masyarakat sekitar kita.

Tahap Pertama: Meluruskan Niat dan Tujuan

Nah, dalam hal ini, gue kira kita semua harus mempunyai tujuan dan niat yang suci, jelas dan terarah. Dalam hal ini, sebelum mengadakan program magang, sebaiknya kita memperjelas dulu apa tujuan yang akan kita tempuh sebelum mendapatkan segala hal yang kita laksanakan, bahkan planning sebelum keberangkatan juga harus dipersiapkan ketika magang, entah naik kereta atau naik pesawat yang luar Jakarta, atau bahkan naik bus.

Arahkan niat dan tujuan semuanya Lillahi Ta’ala, demi Tuhan Semesta Alam. Apa yang kita lakukan adalah bentuk Jihad dalam Tholabul Ilmi. Kalau para Syuhada mereka Jihad di Medan Perang, kita juga melaksanakan Jihad Pendidikan, yang di mana pendidikan dan menuntut Ilmu di Universitas, atau bahkan di Kementerian adalah salah satu hal yang menopang keberhasilan kita di masa mendatang.

Jelaskan dulu niatnya nih, mau magang di mana. Misalnya, kalau gue mau magang di kementerian Luar Negeri RI. Kalian mau magang di beberapa kementerian, ada Kementerian Pertahanan, Kemenkeu, Kemkominfo, Kantor Staff Presiden, Kantor Sekretariat Kabinet dan lain sebagainya. Bisa juga di beberapa NGO atau Lembaga-lembaga di bawah PBB, ada UNDP, UNICEF, UNFCC atau bahkan kalau berminat di ICRC juga bisa. Nah, kalau kalian ada lebh banyak rejeki dan cukup tebal sakunya, silahkan untuk mengajukan proposal magang di Kantor Perwakilan, dalam hal ini KBRI atau KJRI yang ada di Luar Negeri. Intinya kalian mau, berusaha semakismal mungkin dan mengajukan proposal jauh-jauh hari sebelum kegiatan magang dilaksanakan. Misalnya gue mau magang di KBRI Madrid, gue mau magang di Kantor Staff Presiden, gue mau magang di PBB, UNICEF, UNFCC, Kemkominfo, Kemenkeu dsb dsb. Silahkan. Kalau niat kalian semua sudah pada jelas, dan arah serta tujuan lebih jelas pula, Insha Allah akan ada jalannya.

Gue pun dulu, dari Mahasiswa Baru di UNIDA Gontor sempat terpikir dan terngiang2 agar bisa magang di kementerian Luar Negeri RI. Soalnya dulu, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu RI yang dipimpin oleh Bu Dubes Siti Handayani (Sekarang Dubes di KBRI Roma, if I am not wrong) pernah datang ke kampus, mengadakan MoU dengan kampus UNIDA Gontor. Alhamdulillah terlaksana. Dan disitulah gue kemudian berpikir, bisa gak ya magang di kemenlu. Nah, di semester 5, Alhamdulillah kegiatan anak HI tahunan yang diwadahi dalam bentuk Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia atau FKMHII, membuat minat gue tertarik. Gue mendapatkan banyak sekali kenalan dari berbagai kampus yang ada di Indonesia, hingga komunikasi gak putus hingga hari ini. Ada acara tahunan yang dibungkus dalam PNMHII, atau Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia, ada juga Pertemuan Sela Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia, atau PSNMHII. Di sisi lain, karena dibagi-bagi menjadi korwil di setiaap pulau dan wilayah di Indonesia, UNIDA Gontor berhasil mencamtukan diri sebagai anggota aktif FKMHII pada tahun 2015 akhir kalau enggak salah, yang terletak di Korwil 6, yang terdiri dari kampus Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, UIN Surabaya, UMM Malang, UNEJ Jember, UNRAM Mataram dan UNUD Udayana Bali.

Tidak hanya itu sih, gue kira teman2 tidak masalah ikut keorganisasian apapun itu mereknya, logonya, wadahnya, dan tujuan serta arahnya. Yang penting dapat memaksimalkan potensi teman2 sekalian dalam menjalin relasi dan meningkatkan kapasitas sebagai mahasiswa yang doyan akan diskusi, berdebat, melaksanakan kajian dan lain sebagainya (terus yang penting organisasinya jangan yang melawan nilai Pancasila dan melawan NKRI hhe, ntar ditangkep) Intinya, perbanyak relasi dan komunikasi dengan orang yang ada di seluruh Indoensia, bahkan dunia. Sekarang ada website Kemlu, maksimalkan, ada social media, twitter, FB, Instagram, gunakan, untuk menjalin kolega seluruh Indonesia dan dunia. Jadi tidak hanya buat eksis saja ya guys, selfie dan wefie dan lain sebagainya, akan tetapi menjadi konsumen dan produsen dalam waktu yang bersamaan, dalam hal ini bagaimana agar kita sebagai generasi milenial atau jaman now (wkwk) mampu menggunakan berbagai macam platform tersebut untuk mampu menjalin relasi dan hubungan kemasyarakatan yang positif dan berguna bagi perkembangan diri kita.

Oh ya, FYI, beberapa program studi yang recommended untuk magang di kemlu nih, paling gengsi sih sebenrnya anak Hubungan Internasional, karena pelajaran mereka pasti sangat berkaitan banget dengan dinamika kerja Kemenlu. Asiik, HI jel. Haha pada kenyang teori sama studi HI. Makanya magang atau PKL, so bisa diimplementasikan di lapangan apa saja yang dipelajari. Alhamdulillah ya. Nah tidak hanya anak HI saja, bisa anak politik, sastra Inggris, Sastra Arab (bisa direktorat Timur Tengah), Teknik (bisa di direktorat Kerjasama Teknik), Public Relations, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Komunikasi, dan lain sebagainya. Kalian kalau anak pertanian, anak pariwisata ya bisa-bisa aja. Silahkan, asalkan passion kalian memang tertarik di Kemlu. Intinya, bisa dan suka bekerja di bawah tekanan atau underpressure dan tertarik untuk mengerjaka kesekretariatan dan administrasi, apalagi houngan kita dengan negara negara lain.

Funding

Nah, masalah pendanaan, tentunya dalam melaksanakan program magang sangat bersifat mandiri. Dari beberapa blog yang gue baca juga merekomendasikan agar mencari kosan yang murah dan standar mahasiswa lah. Klo biasanya magang di kemlu, sudah tentu menggunakan budget sendiri dalam keseharian kalian. Di sisi lain, kalian juga bisa aja sih merekomendasikan funding ke kampus kalian kalau memang kampus berkenan, atau beberapa Lembaga sosial yang ada di sekitar kalian. Tapi keknya sih agak susah dan rumit, mengingat program magang ini sifatnya mandiri dan mengunakan dana pribadi.

Saran Kosan, sebaiknya kalian cari di sekitar Kemlu ada di Jalan Pejambon.. Macam2 juga sih, tapi rata-rata diatas 1 juta perbulan semua. Kalau kalian mau yang 1 juta itu biasanya hanya menyediakan kamar mandi di luar dan tempaat jemuran, ada kipas angina, spring bed, lemari, meja belajar dan untuk satu orang. Kalau kalian 2 orang biasanya menyediakan juga dan bagusnya bisa dibagi rata. Ada yang sejuta setengah dan menggunkan AC, dan di dalam kamar ada kamar mandinya itu ada juga. Tergantung kalian aja gas maunya gimana. Kondisikan.

Tahap 2: Pembuatan Proposal Magang / Permohonan Magang 

Nah, dalam hal pembuatan proposal magang ini, hati-hati gaes. Silahkan untuk mengecek tanda-tanda baca, titik koma, seru dan lain sebagainya. Usahakan bahasa yang digunakan juga lebih berkharismatik, (asiik, tuh gimana tu kharismatik, wkwk), yah maksudnya di sini memperlihatkan tujuan serta arah dan sasaran yang jelas, kenapa magang itu diperlukan & sangat penting bagi institusi dan diri kalian. Menggunakan bahasa yang formal, dan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Sedikit agak ilmiah yang tidak apa-apa, malah lebih dianjurkan. Di sisi lain, kalian juga harus menyesuaikan dengan prodi atau jurusan kalian ya. Apakah sudah ada format yang ditetukan kampus atau jurusan. Soalnya setiap kampus lagi-lagi berbeda dalam kegiatan akademiknya.

Mengapa sangat penting penulisan proposal yang baik dan mudah dipahami? Kalian harus pahami gaes, soalnya yang membaca proposal kalian yaitu Diplomat dan bahkan pernah mendapatkan tugas sebagai duta besar, konsuler, bahkan pejabat tinggi di negara lain, dan memegang kepentingan nasional Indonesia di luar negeri, jadi bakalan sibuk banget dalam menjalankan proses kegiatan mereka sebagai pegawai di Kemenlu. Mereka sehari-harinya penuh dengan tugas negara, so dalam memeriksa proposal kalian juga kadang tidak setiap hari, penuh beberapa proposal bahkan hingga ratusan mahasiswa yang bakalan magang di kemlu juga. Jadi kalian harus menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh diplomat, kalau perlu intinya langsung, ga usah berbelit-belit.  

Kalau di UNIDA Gontor, khususnya Program Studi HI dan memang juga baru pertama HI nya, struktur proposal sebagai berikut; Cover, Pendahuluan, Latar Belakang, Tujuan Kegiatan, Nama Kegiatan, Waktu Pelaksaan Kegiatan dan Penutup. Bisa disajikan/dilampirkan juga bentuk magang yang dilaksanakan itu seperti apa. Kalau di UNIDA Gontor, HI kami magang hanya sebatas melaksanakan progam magang atau kerja dalam kurun waktu minimal 1 bulan, dalam rangka terjun dan melihat langsung dunia praktisi dan dunia kerja. Tapi kalau di kampus lain, ada program magang yang dilaksanakan dalam rangka penelitian dan bahlan ada tema tersediri yang diberikan oleh pihak prodi/jurusan. Silahkan, koordinasi lagi dengan pihak prodi :).

Tahap 3: Pengiriman Proposal/ Permohonan Magang 

Tahap pengiriman adalah salah satu tahap yang juga sangat krusial. Karena kalau tidak segera dikirimkan, proposal kalian akan ditikung (asiik, nikung rek kayak Rossi aja) atau didahului oleh ratusan proposal magang lainnya yang sudah siap masuk dalam Kemenlu. Pengiriman proposal magang bisa dilakukan sebaiknya 5-6 sebelum pelaksanaan program magang. Pelaksanaan magang yang dilakukan pada bulan November atau Desember Misalnya, bisa dikirimkan pada bulan Mei atau Juni. Selain itu, ketika mengirimkan proposal, kalian harus menyertakan alamat tujuan yang jelas, dan harus melampirkan alamat direktorat yang dituju. Kan gak mungkin kalian mau magang di kemenlu tau-tau datang gitu kan, ga ada tujuan yang jelas. Jadi, upaya dalam menyertakan alamat direktorat yang jelas bisa kalian cari sendiri di Struktur Kementerian Luar Negeri di website kemlu, yaitu www.kemlu.go.id atau bisa menghubungi kenalan di dalam Kemlu sendiri. Misalnya gue kemarin, gue mengirimkan seperti ini:

Yth, Direktur Timur Tengah
Sekretaris Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Jalan Taman Pejambon No.6, Senen, Jakarta

Akan tetapi, karena Direktorat Timur Tengah mahasiswa magang sudah full hingga bulan Februari-Maret 2018, dan juga beberapa kebijakan dari direktorat sendiri yang mendadak, Pak Agung selaku Sesditjen Aspasaf memberikaan opsi ke gue untuk magang di Direktorat Asia Selatan dan Tengah, yang terdiri dari beberapa negara di Asia Selatan dan Tengah, termasuk Iran, Azerbaijan, Kazakhstan, Tajikistan, Kyrgiztan, India, Turkeministan, Srilanka, Bangladesh dan lan sebagainya. Dari sinilah kemudian, pengalaman magang gue mulai berjalan dan trukir satu persatu (asiik beeet yaaak) selama sebulan penuh dan mendapatkan apresiasi dari Direktur dan juga beberapa diplomat yang ada di lokasi magang.

Perlu kalian ketahui guys, bahwa Kemlu itu persis seperti Univrsitas atau Perguruan Tinggi, yang terdiri dari beberapa Fakultas dan Jurusan. Cuma di Kemlu, Fakultas itu Direktorat Jenderal, dan Jurusan itu Direktorat. Misalnya Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, di bawahnya ada Direktorat Amerika Utara dan Selatan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, di bawahnya ada Direktorat Asia Selatan dan Tengah, Direktorat Timur Tengah, dan lain lain. Selain itu ada juga biro-biro dan beberapa Lembaga internal, seperti Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan dan lain sebagainya. Maka dari itu, lagi lagi pastikan, mau magang di mana dan tujuan harus jelas dan sesuai dengan minat saudara-saudara yang budiman :)

Tahap 4: Follow Up Proposal Magang

Dalam rangka follow up, kalian harus sering2 menelpon Kementerian Luar Negeri di nomor kantor, dan memastikan apakah ada tempat kosong atau direktorat yang membutuhkan tenaga anak magang dalam beberapa waktu ke depan. Yang sopan dan dengan irama/nada suara yang baik, insha Allah pegawai yang kalian telpon ramah dan memberikan jawaban yang memuaskan. Tentunya kalian tidak bisa langsung diterima begitu saja, melainkan kalian akan diberikan kepastian dan waktu tunggu sekitar 2-3 hari. Kalau tidak ada balasan, silahkan follow up lagi di Email Kemlu.

Telpon terus, kirimkan email dan bersabar, karena Allah bersama orang orang yang bersabar. Insha Allah nanti akan ada jawaban kalau kita sudah berikhtiar dan menunggu dengan penuh kesabaran. Tapi intinya, jangan berhenti untuk berusaha dalam memfollow up proposal magang. Telpon, email dan bersabar.

Tahap 5: Persiapan Keberangkatan

Kalian bisa menyiapkan keberangakatan jauh jauh hari. Apabila kalian luar Jabodetabek, berarti harus membutuhkan persiapan yang lebih, karena kalian merasa seperti merantau dan melakukan perjalanan jauh. Bisa naik kereta, pesaawat atau kapal. Tergantung dan sesuai isi dompet hhe. Cus cek traveloka kaaan. Kalau naik kapal dari Sulawesi atau Kalimantan lebih terasa sih dan ada jiwa rantau nya asiiiik, hhe, otomatis 3 hari sebelumnya kalian sudah harus berangkat. Kalau dari sumaatera naik pesawat atau kereta silahkan, asalkan bisa berpacu dengan waktu dan pas, tidak terlambat untuk masuk kantor keesokan hari sebelum janjain sama Pejabat yang akan ditemui sebeelum progam magang di Kemlu.

Kalau kalian di Jabodatebek, nah lagi lagi harus berdamai dengan macet dan dinamika kehidupan ibukota yang sangat padat dengan segala hiruk pikuknya. Bangun cepat waktu, sholat Shubuh dulu kalau yang Muslim, dan beranjak ke kantor. Jangan lupa sarapan. Naik Gojek atau Grab, otomatis download dulu aplikasinya dsb. Ingat, kalian masuk dalam wilayah Ibukota yang di mana jalan diisi oleh para pejabat dan pemangku kepentingan yang luar biasa sibuk-sibuknya. Kalau mau naik motor dan mobil, ya hati-hati saja. Sepetinya kalau di kemlu naik motor aja deh, kalau mobil sudah penuh soalnya dengan mbil Kepala Direktur, Bu dan Wamenlu dan para pejabat, hhe. Belum lag kalau macet kan.  Naik motor aja, di Jakarta lebih enak naik motor dan nyalip-nyalip hhe. Hati-hati tapi ya gaes, Polisi nya ada yang susah diajak berdamai biasanya, hhe.

Tahap 6: Melaksanakan Program Magang

Gue kemarin sampai di Kementerian Luar Negeri pada tanggal 2 Oktober 2017, karena pada tanggal 3 besoknya, gue harus sudah di kemlu dan bertemu dengan Pak Agung, salah satu Sekretaris Ditjen ASPASAF, atau Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang ada di Kemlu. Malamnya, bener gue gak bisa tidur, karena gue tidak tau harus melakukan apa dan bagaimana bsoknya; Masih ada rasa jet lag juga sih, karena baru sampai di Jakarta kemarin subuh dan nginap di rumah teman di Jakarta Selatan dekat UMJ, dan malamnya langsung dapat kosan di Pejambon dan rapi-rapi. Dari Jak Sel naik KRL tuh ke Jakpus malam malam, belum lagi bawa koper segede punya jamaah haji punya teman di UNIDA yang baru pulang umroh.

Bersama Wakil Mentri Luar Negeri RI
Ust. Dr. Abdurrahman Fachir di Kantor Wamenlu Lantai 3 Kemenlu 
Setelah dapat kos, barulah kemudian mempersiapkan apa saja yang harus gue lakukan besok sebelum ke Kemlu. Bener gue tidak bisa tidur dan tidak tahu harus melakukan apa, karena pada saat yang bersamaan, rasa capek dan jetlag bercampur jadi satu, dan memang ini adalah kali pertama memasuki dunia kerja yang betul betul mempunyai nama baik bagi hati Republik Indonesia, Kemenlu RI. Sekitar pertengahan malam baru bisa istirahat dan menyisakan beberapa cemilan untuk besoknya sampai di Kemenlu.

Nah, besoknya langsung ke Kemlu tuh, Cuma jalan doang soalnya kan dekat, lalu ke Kemlu di suruh tunggu sama pak Agung. Sebenarnya yang bantuin gue bisa magang sih pak Syahrul Murojjab, Diplomat Andalan Kemlu untuk urusan Timur Tengah dan penerjemahan. Beliau prnah di Kuwait dan pernah juga di Libya. Apalagi kalau ada tamu dari Tim Teng atau negara2 Arablah, kadang beliau [pak Syahrul] yang dipanggil istana untuk terjemah. Nah, karena beliau juga alumni Gontor, akhirnya bisa dimasukkin proposal magangku ke kemlu. Sampai di Kemlu ketemu Pak Agung dulu, terus diajak ke ruang ASpasaf, tempatnya Pak Desra Percaya. Pak Desra Diplomat kita yang pernah bertugas di New York dan sekarang sebagai Direktur Direktorat Asia Pasifik dan Afrika kalau gak salah. Selain itu, diajak makan juga di warung2 samping kemlu yang dekat markas Kostrad, yang sekarang sudah berubah menjadi Kantin Diplomasi. Dipusatkan semua sama Ibu Menlu di dalam kompleks Kemenlu.

Bersama rekan2 magang dan Pak Syahrul Murajjab,Alumni Gontor,
Diplomat Kemlu dan Penerjemah Kepresidenan
dan kini bertugas di KBRI Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia 
Nah, udah berjalan sampai sebulan pokoknya gue magang. Pas magang juga gue banyak hal yang bisa gu dapatkan. Ada yang bisa gue ambil dan serap ada juga yang agak sulit. Intinya mash belajar dan terus belajar ambil apa saja yang didapatkan. Karena di Gontor kami mendapatkan motto, apa yang dilihat, di dengar dan dirasakan dalam keseharian di Pondok adalah Pendidikan. Maka falsafah pondok ini aku terapkan ketika magang. Apa yang gue lihat dan rasakan, bahkan teguran dan arahan serta pengawalan dan peengawasan adalah bagian dari  pendidikan dan pengajaran langsung kepada diri saya.

Selain itu, ketika magang sempat berdiskusi mengenai dinamika politik luar negri Indonesia yang Bebas dan Aktif bersama Wakil Menteri Luar Negeri Bapak Dr. Abdurrachman Muhammad Fachir di Kantor Wamenlu, lantai 3 Gedung Utama Kemenlu. jadi ceritanya itu ada teman yang juga ingin bertemu beliau lalu diperkenankan untuk menemui beliau di kantornya. Alhamdulilah, karena beliau bisa ditemui akhirnya kami, yang trdiri dari Maulana (anak UNIDA), Wildan (Anak UMM), dan juga si Djalal (anak LSPR) bisa berkunjug dan bersilaturrahmi dengan beliau. Kita berbicara mengenai masa depan politik luar negeri Indonesia, peran Indonesia dalam membrikan bantuan untuk korban konflik kmanusiaan di Rohingya, Myanmar, serta intinya, meembicarakan bagaimana agar para lulusan santri mampu dan bisa berkiprah seperti beliau. Perlu sepengetahuan beliau adalah alumni Pondok Modern Gontor dan menyelesaikan studi S1 di IAIN Jakarta dan S2 di Mesir, serta S3 di Unversitas Gajah Mada. 


Bersama Duta Besar RI untuk Azrbaijan Husnan Bey Fannanie
dalam acara Bussines Matching and Bussiness Forum di Tangerang


Kegiatan Non Prioritas Selama Magang

Nah, ketika program magang berlangsung, kemarin gue gak hanya sekedar magang gitu aja gays, akan tetapi mencoba untuk memaksimalkan potensi diri dengan mengikuti beberapa acara dan agenda nasional maupun internasional yang memang sangat banyak diadakan di Jekardah. Entah yang ngadakan kampus, instansi pemerintahan, lembaga tinggi suatu perusahaan ataupun NGO. Periode magang kan dilaksanakan setiap hari dari Senin dan Jumat. Nah, tntu saja saya mencoba untuk mencari agenda yang diadakan pada hari SAbtu dan Ahad sebagai pemenuh agenda di akhir pekan. Daripada di kamar aja dan hanya ikut CFDan, kadang gue juga boring dan merasa tidak ada kerjaan kalau malam. Mau garap skripsi juga boring dan gak ada motivasi wkwk. Nah, salah satunya kemarin saya sempat menjadi pembicara dalam ajang Santri Writer Summit 2018 yang didakan oleh komunitas santrinulis.com, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2018 oleh Kementerian Agama. Di situ ketemu senior juga Kak Ibrahim Malik. Selain itu ada juga acara Peace Builders Forum yang diadakan oleh NGO AMAN Network, yang berdiri sebagai instansi yang mempromosikan Hak Asasi Manusia dan Emansipasi di Asia Tenggara, juga dalam pembahasan terorisme. Di event ini ketemulah dengan pak Azyumardi Azra, Pak Wiranto dan aktivis2 kemanusiaan lainnya. Mantap pokooknya. Sebulan penuh full penuh agenda. 

Intinya apa gaes, kalau bagi kalian yang mungkin tinggal di Jabodetabek mungkin sudah bisa, atau bisa saja langung balik ke kosan dan rumah. Tapi kalau memang lokasi tempat kalian atau kampus kalian jauh maksimalkan waktu kalian di Jakarta selama 1-2 bulan mengikuti event2 nasional atau internasional. Di situ kalian memperluas relasi dan konektivitas antar anak muda, khususnya anak perkuliahan yang hauas2nya akan pengetahuan dan wawasan. Atau kalau ada rezeki banyak bisa jalan jalan menelusuri wisata kota Tua dan jalan2 di objek wisata di wilayah jabodetabek. Intinya siahkan agar waktu kalian tidak kosong dan bisa berjalan jalan kemana yang kalian kehendaki. Kalau kata orang dulu itu, jalan jalan aja kemana saja di waktu, maka kalian akan menikmati istirahat di rumah pada masa tua : D

Penutup
Mungkin itu saja guys yang dapat gue share ke kalian. Kalau mau tanya2 tentang magang atau tentang bagaimana anak muda seharusnya memaksimalkan potensi diri dan kapasitas, feel free to ask me di DM instagram @akbarrahmadi_ aatau WA gue ke 08212517556 . Ini masih magang lo, belum lagi penelitian skripsi. Penelitian skripsi gue sama di kemlu juga Cuma di Direktorat Timur Tengah, karena membahas mengenai perang Saudara di Suriah dn peran Politik Luar Negeri Indonesia. Seru bet pokoknya.

Selamat Malam. Selamat Magang bagi kalian yang mau magang : )

Selasa, 17 April 2018

#DiplomatZamanNow itu ya #DiplomatNyantri

#DiplomatNyantri di Gontor sebagai People to People Diplomacy, Langkah Besar Kemlu Mencetak Diplomat Muda Indonesia Berkepribadian Dan berwawasan Pesantren. 

By Muhammad Akbar Rahmadi, HI UNIDA Gontor 2014

Akhir Bulan Rajab dan awal hingga pertengahan April, UNIDA Gontor, Ponorogo mulai sibuk mempersiapkan kedatangan diplomat muda Indonesia dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berjumlah 47 orang, meskipun yang hadir berjumlah 36 orang. Sebagian panitia yang dibimbing oleh Asatidz dan Ustadzah sudah melakukan koordinasi yang matang beberapa malam sebelumnya dengan biro dan lembaga Kampus yang khusus menangani kerjasama lembaga. Paginya, dengan persiapan yang apik dan matang, beberapa panitia berangkat ke Bandara Adi Sucipto Solo dengan beberapa rombongan mobil pondok untuk menyambut kedatangan para diplomat.

Suasana hangat pagi nan cerah menambah jiwa semangat dan optimistis mahasiswa dan dosen2 kali ini. Betapa tidak, putra-putri terbaik negeri ini sebagai penggerak mesin diplomasi Indonesia ingin belajar dan berbagi, lebih tepatnya lagi #mondok atau #nyantri di Universitas Darussalam Gontor, sebagai kelanjutan jenjang menengah di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Indonesia.

Agenda mondok atau nyantri yang terselenggarakan sukses seminggu ini terlaksana atas hasil kerjasama & kolaborasi Kementerian Luar Negeri RI dan Universitas Darussalam Gontor, yang melibatkan jajaran dosen dan mahasiswa yang terdiri dari prodi Hubungan Internasional dan Ilmu Komunikasi, yang keduanya di bawah naungan Fakultas
Humaniora. Dari pihak Kemenlu RI ialah Lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan, dalam jenjang Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Kemlu RI, Angkatan ke 60 yang semuanya berproses menuju tingkat Diplomat Madya. Dipimpin oleh Direktur Sesdilu, Bapak M. Aji Surya, yang sangat akrab jika dipanggil dengan #DiplomatZamanNow dan tentunya
ditujukan kepada semua peserta SESDILU 60.

Perlu sepengetahuan, dalam Kementerian Luar Negeri RI, ada tiga jenjang proses pendidikan Diplomat karir, yaitu 1) Sekdilu, atau Sekolah Dinas Luar Negeri, 2) Sesdilu, atau Sekolah Staf Luar Negeri dan 3) Sesparlu, Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri. Semua jenjang ini diadakan secara bertahap dan akan menjadi mercusuar kemajuan para diplomat dan praktisi Kemenlu RI dalam mengawal mesin diplomasi Indonesia.

Selama 4 hari mereka di sini, kegiatan santri dan santriwati yang variatif nan dinamis disajikan oleh pondok dengan penuh khidmat dan kearifan. Lalu lalang ribuan santri seperti air yang mengalir, berada dalam alam pendidikan Pondok Gontor yang khas dengan kedisiplinan yang rapi dan elegan, menjadi salah satu pemandangan yang unik bagi peserta diplomat yang sedang nyantri. Para diplomat pun belajar dan melihat realitas alam pendidikan Gontor, penegakan disiplin bahasa di Gontor, antrian panjang di dapur umum, percakapan khas bahasa arab pondok, hingga mondar-mandir dalam suasana keakraban santri dan guru-guru di malam hari yang semuanya menambah keteduhan dan harmoni Pondok Madani (istilah Gontor dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ust. A. Fuadi).

Menjelang maghrib di Pondok Putra dan Putri, nuansa damai dan sejuk pun datang. Dengan aroma disiplin, santri yang terlambat akan diberdirikan, menjadi ciri khas tersendiri, bahwa disiplin dalam pergi ke Masjid adalah usaha untuk mendidik diri sendiri dan keluarga di masyarakat nanti, hingga lantunan azan tiba. Di malam awal kedatangan para diplomat, mereka diarahkan untuk mendengar Pesan dan Nasehat dari Kyai Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal. Dengan kharismatik seorang Kyai, Kyai Hasan menyampaikan peran penting seorang diplomat akan wawasan kepesantrenan dan Islam sebagai Rahmat dan salah satu pilar utama diplomasi Indonesia.

Besok paginya, latihan senam ala Pondok diadakan bersama para #DiplomatZAmanNow, sempat juga latihan bola bersama hingga mengajak guru dan mahasiswa untuk ikut andil dalam jeni olahraga terbesar di jagad ini. Meskipun dimenangkan oleh Tim kampus UNIDA, nilai2 kebersamaan dan sportivitas tetap di junjung tinggi para Diplomat Muda, Tim #Sesdilu60

Suasana menjadi ddem lan tentrem tatkala panggilan Azan Jum’at mulai menggema dan mengarahkan para Santri Gontor yang ribuan itu serta #DiplomatNyantri untuk bersegera ke Masjid. Dilanjutkan besoknya, segala elemen kampus UNIDA Gontor memberikan sumbangsih yang optimal di kelas-kelas diskusi, baik tentang diplomasi ekonomi, perlindungan WNI, tantangan dan peluang dari regionalisme hingga
pemaparan tentang Simulasi Sidang PBB, OKI, dan International Conference. Para Diplomat muda juga bertemu Rektor UNIDA Gontor, Prof. Amal Fathullah Zarkasyi. Selain itu, kehadiran Pakar Peradaban Islam, Penulis buku Misykat yang juga sebagai wakil Rektor 1 UNIDA Gontor, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi MA menambah suasana keakraban diskusi Diplomat dan akademisi.

Dalam sepekan ini, para Diplomat membagi pengalaman mereka sebagai praktisi selama apa saja tantangan dan peluang menjadi diplomat. Di sisi lain, wadah pertukaran ide dan gagasan kepesantrenan yang dibagi oleh mahasiswa UNIDA Gontor menjadi nilai plus tersendiri bagi diplomat. Di sore hari, Senam raga juga dimaksimalkan bersama para santri dan mahaiswa #Santriwati. Ini juga penting karena #AkalYangSehat terdapat pada #BadanYangSehat pula.

Pengalaman kami, yang pernah #mondok dan #nyantri di Gontor, kenapa Gontor
tetap eksis hingga hari ini, karena pendidikan kepemimpinan di Gontor sangat khas dan mempunyai makna dan kesan edukatif kepada para santri-santri. Pondok Pesantren adalah corak asli pendidikan Indonesia yang indigineous. Pendidikan Keislaman di Pondok yang berdaya sentuh Rahmatan Lil’Alamin, mampu mencetak dan mengkader alumninya hingga mampu berkiprah di mana saja kapan saja di medan apa saja, dan semuanya itu dalam rangka mendidik Santri.

Sebut saja Wakil Menteri Luar Negeri RI saat ini, Bpk AM Fachir, yang juga alumni Gontor. Beliau pernah menjabat sebagai Dubes RI di Mesir dan Wakil Dubes di Arab Saudi. Suatu kali, beliau pernah bercerita bahwa pengalaman latihan Pramuka saja di Gontor, mengajarkan santri untuk selalu semangat dalam totalitas tinggi dalam
menuntaskan pekerjaan. Ini kemudian menginspirasi Pak Fachir untuk terus semangat dalam mengawal perlindungan WNI di beberapa konflik di negara-negara Timur Tengah saat menjadi diplomat sebelum menjadi dubes (pengalaman kami menghadiri sarasehan alumni Gontor 90 tahun Gontor & wawancara langsung di kantor beliau).

Tidak hanya itu, bahasa arab dan inggris sebagai poros pendidikan linguistic santri menjadi andalan ketika mereka sudah lulus dan terjun di dunia kerja manapun itu. Contohnya saja, yang mewakili Kemenlu RI dalam penerjemahan resmi negara saat kedatangan King Salman Bin Abdul Aziz ke Indonesia juga alumni Gontor, Syahrul Murajjab, yang kini mengemban amanah negara sebagai diplomat Indonesia di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan ada beberapa alumni Gontor yang memilih untuk menjadi staf lokal di berbagai perwakilan RI di Eropa dan Timur Tengah. Masih banyak lagi peran santri dan alumni Pondok, tidak hanya Gontor saja, yang memberikan pesan positif bahwa alumni pondok pesantren tentunya bisa bersaing dan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada ketika mereka sudah lulus dan terjun langsung di masyarakat
nantinya.

Tantangan ke depan tentu banyak. Kolaborasi antara unsur-unsur pemerintah dan masyarakat sipil dalam menjawab segala tantangan global perlu terus dilakukan agar menghasilkan solusi-solusi yang mampu menjawab masalah yang dilihat dari berbagai perspektif, apalagi sudut pandang kepesantrenan. Apa yang dilaksanakan oleh Kemlu RI dan Gontor beberapa hari ini memberikan pesan positif bahwa Para Diplomat dan Negosiator Indonesia bisa terus menjadi pilar kokoh dalam menjawab tantangan global.

Para diplomat belajar tentang arti keikhlasan, kesederhanaan, berdikari dan ukhuwah Islamiyah serta kebebasan yang positif dalam lingkungan kepesantrenan. Selain itu, motto pondok berupa Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas mampu dialami para diplomat dalam sepekan yang betul-betul di alam kekhusyukan santri. People to People Diplomacy_semacam ini perlu terus digaungkan agar kedepannya, semakin banyak para diplomat Indonesia yang memahami kultur kepesantrenan sebagai corak pendidikan Asli Indonesia. Tujuannya adalah agar para diplomat dapat menerjemahkan Rahmat sebagai perbendaharaan Ilahiyah yang menjadi ruh dari Islam, ke dalam berbagai bentuk ekspresi universal dalam interaksi antar bangsa. Hanya dengan ini, Indonesia bisa eksis dan bermakna  dalam percaturan dunia.

Santri pun demikian, tidak hanya bisa membaca kitab dan duduk di madrasah serta masjid saja, melainkan santri harus mampu membaca isu-isu aktual, dinamika politik di negaranya dan kawasan ASEAN dan global secara keseluruhan, peluang dan tantangan, mampu berpikir kritis terhadap isu-isu domestik dan internasional, serta secara aktif memberikan gagasan yang konstruktif bagi kemajuan bagi Indonesia di masa mendatang, yang tentunya akan
menjadi nilai plus bagi santri itu sendiri dan kemajuan Islam di nusantara ini.
Sehingga, santri mampu merepresentasikan elite ruhaniyah sebagai Ulul Albab, yang mampu memandang dinamika internasional dari perspektif Rabbani, dan menawarkan solusi segar bagi segala bentuk penyakit jaman yang tengah menjangkiti dunia saat ini.

Agenda seperti #DiplomatNyantri ini menstimulus peran dari mahasiswa santri yang produktif sebagai penjaga utama atau #Guardian dalam nilai moralitas perdamaian dan kemanusiaan di Indonesia. Mereka diajarkan dari sejak duduk di bangku perkuliahan, hingga ketika lulus nanti terus berkontribusi dalam memberikan aroma perdamaian dan kemanusiaan ke dalam mesin politik luar negeri Indonesia.

Terima Kasih Kakak kakak Diplomat #Sesdilu60 Kemlu RI, terima kasih juga pihak panitia dari UNIDA Gontor. Kakak Diplomat jangan bosan datang ke Pondok dan kampus kami. Jadi ceritanya, #DiplomatZamanNow itu mondok dan nyantri di Gontor. Hhe.

Asykurukum Syukron Jaziylan
.

Salam #SahabatKemlu #sahabatunidagontor

Sabtu, 15 April 2017


Maksimalisasi Peran Generasi Muda menuju Indonesia Mandiri 2025
Oleh: Muhammad Akbar Rahmadi

Pendahuluan
Kemandirian adalah nilai inti suatu bangsa. Ia juga hadir sebagai salah satu solusi agar suatu bangsa  dikenal di dunia. Di kalangan masyarakat Indonesia, nilai-nilai kemandirian sudah diajarkan sejak para founding fathers sejak negara ini berdiri. Seiring berkembangnya zaman yang dipandu langsung oleh nilai-nilai globalisasi, berupa proses integrasi internasional skala luas, mampu menyentuh ranah politik, sosial, dan ekonomi, dan kehadirannya sebagai tantangan terbaru bagi masyarakat Indonesia. Pada akhirnya, paham globalisasi dan kemodernan inilah yang perlahan demi perlahan akan merusak moral dan karakter suatu bangsa, terutama generasi mudanya, yang di mana kemajuan suatu bangsa akan ditentukan oleh gerak-gerik generasi mudanya. Di makalah ini akan dipaparkan secara ringkas dan konkrit mengenai maksimalisasi peran dari generasi muda Indonesia, menuju Indonesia mandiri 2025. Selain itu, solusi yang konstruktif dan argumentasi yang kontributif dapat disampaikan, baik tersurat maupun tersirat, bagi para pembaca makalah ini. Hasil dari makalah ini, akan mewujudkan saran yang membangun serta menghadirkan solusi yang nyata bagi Indonesia, khususnya bagi generasi muda.  

Indonesia adalah bangsa dan negara yang besar. Kebesaran yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini merupakan pemberian Allah SWT, yang harus kita jaga dan kelola bersama demi ksejahteraan masyarakat yang berada di dalamnya. Masa kelam bangsa Indonesia dengan pengalaman dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda dan Jepang, adalah hal yang traumatis dan dilematis, yang di mana keadilan dan kesejahteraan diinjak-injak oleh mereka sang penjajah yang tidak bertanggung jawab. Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya pun, harus tetap maju dan berkembang, melewati tantangan arus globalisasi dan modernisasi. Pengelolaan negara pada hakikatnya tidak dapat dilakukan oleh pihak pemerintah saja, melainkan harus adanya sinergitas dan kinerja yang lebih konkrit, bukan hanya janji yang diobral diawal kampanye saja, akan tetapi harus ada kinerja yang efektif dalam rangka mewujudkan Indonesia yang adil, jujur dan bermartabat dari seluruh bangsa yang ada di dunia, berkesinambungan antara pihak atas dan bawah, form the top to the bottom. Sinergitas antara masyarakat dan pemerintah pemimin harus terus diwujudkan karena dua hal ini sebagai salah satu akar kuat di negara kita  sebagai negara penganut system demokrasi.

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mandiri berarti keadaan yang dapat berdiri sendiri. Ia juga bermakna sebagai sikap yang tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian berasal dari kata independence, yang diartikan sebagai kondisi yang di mana seseorang tidak bergantung pada orang lain, dalam menentukan keputusan dan disertai dengan adanya percaya diri. Percaya diri  atau Self-reliance, juga berarti kemampuan untuk mengelola semua yang dimiliki dengan mengetahui pengelolaan waktu yang benar, berjalan dan berpikir secara mandiri, baik dalam mengambil resiko dan pemecahan masalah. Kemampuan personal yang didukung oleh landasan semangat dan nilai juang yang tinggi akan memberikan nilai kontribusi yang tinggi pula pada keseharian seorang individu, karena bersandar pada nilai-nilai yang perjuangan yang tinggi disertai dengan kesabaran dalam proses dinamika kesehariannya.

Dalam kehidupan pemuda, tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan  dilestarikan agar ia mampu bersaing. Melatih nilai juang diri agar mampu bermanfaat bagi orang banyak adalah salah satunya, karena dengan nilai juang yang tinggi akan menghasilkan manfaat yang produktif dan positif. Karakteristik seorang pemuda yang tangguh dan gigih dalam berjuang melawan segala tindakan yang kontras dalam kehidupannya, akan memberikan pengaruh yang positif bagi kehidupan bangsa.  Jika anak muda yang sudah mampu mengelola dirinya, mandiri secara finansial, lepas dari orang tua dan sudah bisa bermanfaat bagi orang banyak, maka kehadirannya di masyarakat adalah sebagai solusi permasalahan bangsa yang sangat dinantikan. Dalam dunia akademisi misalnya, kehadiran mahasiswa di tengah gejolak degradasi pendidikan dan pengajaran, maka wujudnya hadir sebagai jalan keluar untuk memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat sekitarnya. Mahasiswa yang dianggap sebagai agent of change pada tentunya harus mempunyai keaktifan.

Berbicara mengenai kemandirian, tentunya bisa kita lihat dari proses yang telah dialami bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Komitmen untuk menjaga perdamaian dan anti penjajahan sangat kita junjung tinggi, sebagai bangsa yang besar. Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf Kalla pernah memberikan pidato singkat kenegaraan dihadapan seluruh jajaran menteri dan pejabat istana peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke 64. Pidato yang dibawakan oleh Jusuf Kalla atau JK­, sapaan akrabnya, pada intinya memberikan sebuah pesan dan nasehat singkat mengenai refleksi kemerdakaan yang selama ini telah diraih oleh bangsa Indonesia. Urgensinya, adalah mengenai kemandirian bangsa Indonesia sejatinya yang harus menjadi tolak ukur bagaimana agar pemerintah dan masyarakat bersama-sama mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial, serta terus berusaha secara kolektif dalam menegakkan kemandirian bangsa.

Kemandirian itu ialah bagaimana agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, tidak bergantung pada kehidupan bangsa yang lain, serta mampu sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia. Kemandirian bangsa secara bebas dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana seluruh aspek kehidupan bangsa telah mampu dikelola sendiri oleh pemerintah bersama-sama dengan seluruh komponen bangsa, tanpa adanya ketergantungan oleh pihak asing dan negara lain. Di lain sisi, kemandirian juga sebagai salah satu pemberian akses yang mudah bagi rakyat Indonesia tanpa adanya ketergantungan dengan negara lain. Salah satu bentuk dari keseimbangan yang nyata  adalah kebutuhan akan kondisi hidup yang di mana setiap orang kebebasannya dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia, tentunya tetap berada di dalam koridor nilai-nilai ke-Indonesiaan.

Indikator lain dalam kemandirian, yaitu harus adanya konsolidasi yang sinergis antar lembaga pemerintahan, baik yang di pusat dan di daerah, yang seharusnya memberikan keadilan dan kesejahteraan yang nyata bagi rakyatnya. Keadilan dan kesejahteraan haruslah dirasakan oleh seluruh aspek bangsa, termasuk kondisi keluarga masyarakat Indonesia. Kondisi yang di mana keluarga mampu memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarganya, akses kesehatan yang mudah, tidak adanya hal-hal yang diskriminatif dalam pendidikan, serta akses yang mudah dalam memperoleh keadilan, dan bahkan hingga pelayanan sosial jika memang diperlukan. Kondisi yang di mana setiap individu mampu menolong dirinya sendiri, serta dapat menjalankan ibadah menurut kepercayaan masing-masing. Kondisi yang di -mana bangsa Indonesia mempunyai nilai tawar-menawar yang setara dengan bangsa-bangsa lain, memiliki kemampuan yang sama untuk menyimpulkan pendapat, gagasan, dan kesempatan menjaga perdamaian dan kesejahteraan yang abadi di muka bumi. Sebenarnya, masih sangat banyak indikator apa saja yang dapat kita jadikan sebagai kemandirian bangsa Indonesia, tergantung seberapa besar usaha yang terus kita lakukan, demi menunjukkan eksistensi bangsa dan negara di kancah internasional.

Pemuda dan Indonesia

Sebenarnya, jika menitik kembali sejarah yang pernah mengaami proses yang begitu panjang di negeri ini, peran pemuda sebagai tonggak keberhasilan bangsaa adalah contoh yang patut kita ikuti. Sejarah membuktikan, bahwa dengan adanya pemuda sebagai salah satu glongan yang menculik ara pembesar tanah air di rengasdenglok di awal-awala pengumuuan menjelang kemerdekaan, tinggi memberikan suatu poros dan hasil usaha yang sistematis dan menjadi salah satu pemahaman mengelola disertai dengan diri sendiri, yang hadir sebagai Indonesia tentunya makna tersendiri. Kemandirian bangsa adalah tolak ukur bagaimana kemudian agar suatu bangsa mampu terkenal di kancah lokal, nasional dan internasional. Dari kemandirian suatu  bangsa untuk maju dan mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, maka kemampuan untuk mendominasi dunia ini akan lebih mudah dan sistematis, karena sumber daya alam yang dimilikinya sangatlah tidak terbatas.

Secara istilah, kemandirian adalah proses untuk selalu berusaha dan memaksimalkan kemampuan diri agar tidak terus bergantung pada orang lain. Kemandirian yang dilakukan oleh seorang manusia tentunya tidak mengedepankan ego semata, melainkan urusan kemaslahatan banyak dan mampu bermanfaat bagi orang banyak. Kemandirian bagi bangsa Indonesia adalah hal yang patut diperjuangkan, dulu dan kini, karena jika tanpa adanya kemandirian, maka ancaman degradasi moral dan karakter, serta proses pengklaiman asing dengan dalih mengikuti perkembangan zaman akan berada pada poros yang tidak diinginkan.

            Wujud dari kemandirian yang ada di bangsa ini sesungguhnya telah diperlihatkan sejak para founding father kita bersatu untuk mengusir penjajah. Menurut salah satu buku yang pernah penulis baca, yaitu Api Sejarah karya Bung Karno, bahwa Indonesia merupakan negara yang maju dalam berbagai hal, tentunya dengan berbagai kekurangan dan kelebihan, bangsa ini tetap eksis di mana saja ia menjadi kehendaknya.

Semoga Bangsa ini selalu Berjaya, Kini dan Nanti.



Feminism Series

Gerakan Internasional Untuk Hak Pilih Wanita
By: Muh. Akbar Rahmadi

Latar Belakang

Tulisan ini adalah hasil dari rangkuman singkat megenai peran dari Gerakan Transnasional untuk hak pilih wanita. Dalam buku yang dituliskan oleh Margaret E. Keck, Kathryn Sikkink, “Activists Beyond Borders, Advocacy Networks in International Politics”, cetakan Cornell University Press (1998), Buku ini tentunya membahas mengenai TAN, atau Jaringan Advokasi Transnasional dalam studi ilmu hubungan internasional. Berbicara mengenai TAN, ada banyak sekali model yang menjadikan TAN itu sebagai salah satu upaya untuk melancarkan dan memberikan pengaruh khusus kepda suatu negara, organisasi atau gerakan, serta berbagai macam bentuk dari aktor dalam studi hubungan internasional, yang mempunyai landasan dan nilai-nilai yang sama. Adanya landasan nilai-nilai yang sama inilah yang kemudian menjadikan suatu gerakan transnasional sangat dibutuhkan bagi perkembangan studi ilmu hubugan internasional. Dari perkembangan yang begitu maju, termasuk di dalamnya studi transnasionalisme, maka inilah kemudian menjadikan studi ilmu hubungan internasional menjadi sangat dinamis dan mengalami perkembangan yang sangat signfikan. 

Dalem tulisan ini, akan dijelaskan sedikit mengenai sejarah yang ada di pada dimensi internasional dari gerakan untuk hak pilih wanita. Berbicara mengenai wanita, apalagi yang berhubungan dengan hak pilih yang ada pada diri wanita, maka secara tidak lansgung juga akan membahas mengenai hak untuk partisipasi politik, juga yang berkaitan dengan isu-isu gender. Bagaimana pun itu, dinamika dunia internasional yang saat ini didominasi oleh setengahnya adalah wanita menekankan saling pengaruh dan interdependensi, serta kerjasama internasional di antara wanita hak pilih gerakan di seluruh dunia. Dalam kajian studi hubungan internasional, apalagi masuk di abad 20, wanita hadir sebagai salah satu aktor dalam perkembangannya, yang dimana isu feminisme itu hadir sebagai gerakan internasional. Inilah yang menjadikan Nancy Cott mengeluarkan pendapatnya yang intinya, “siapa pun menyelidiki feminisme pada pergantian abad kedua puluh, ia tidak dapat gagal untuk mengenali bahwa, ia melihat sebuah gerakan internasional", akan tetapi lebih melihat hal-hal baru, yaitu ide-ide dan taktik bermigrasi dari satu tempat ke tempat sebagai individu, di berbagai negara dalam satu perjalanan, demi mencari model-model yang membantu, serta mengatur meningkatkan jaringan demi bereformasi”.

Jika berbicara mengenai Gerakan internasional untuk hak pilih wanita, maka hal tersebut dimulai pada keterlibatan perempuan dalam organisasi anti perbudakan yang ada di Inggris dan Amerika Serikat. Beberapa sekelompok peremuan yang mempunyai kasus yang sama dalam perbudakan, masuk dan melibatkan dalam organisasi tersebut, serta mengadakan pertemuan dalam World Anti-Slavery Conference pada tahun 1840. Pada saat itu, mayoritas parlemen dan kelompok kepentingan yang ada di Inggris menolak untuk kursi perempuan. Inilah yang kemudian memancing beberapa tindakan dari seluruh kaum perempuan yang ada di Inggris untuk mengecam bersama tindakan parelemen yang tidak fair tersebut. Lucretia Mott dan Elizabeth Cady Stanton, adalah salah satu dari orgaisasi tersebut, dan maju untuk menyuarakan suara-suara hak perempuan, dalam pertemuan yang bersejarah yang diadakan di Seneca Falls, New York. Mereka maju dalam gerakan terorganisir tersebut, demi menyuarakan hak-hak perempuan, khususnya dalam hak pilih bagi wanita. Ternyata, tidak hanya itu, adanya kasus perpecahan di awal-awal gerakan hak pilih di Amerika Serikat, muncul dari adanya ketidakadilan dari kalangan hak pilih bagi kaum pria, yang didukung surat suara dari budak laki-laki yang dibebaskan, dan tidak untuk wanita. Maka dari itu, kontribusi dan masukan dari kaum perempuan barulahmuncul, yang diawali dengan adanya gerakan hak-hak sipil dan "kebebasan musim panas" di tahun 1960-an hingga 1970-an. Inilah yang pada akhirnya melahirkan pola tindakan baru dalam sejarah gerakan feminisme. Feminisme kemudian berkembang dengan segala usaha dari kaum perempuan untuk memeproleh hak-hak, khususnya dalam hak pilih dalam situasi politik yang ada.

Gerakan Hak Pilih Wanita
Dinamika dari gerakan feminism dan hak pilih wanita, bisa dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok minoritas yang ada saat itu, seperti apa yang dituliskan dalam buku Activist Beyond Border. Dalam buku tersebut dijelaskan, bagamana seorang Elizabeth Cady Stanton, sebagai aktivis feminisme saat itu, menyarankan resolusi hak pilih pada pertemuan yang dilaksanakan pada Seneca Falls. Apa yang dilakukan oleh Cady Santon memang terkesan kurang meyakinkan, dan bahkan terlihat tidak menarik. Adanya polling yang dilakukan saat itu, terutamanya yang diinisiasi oleh Cady sangatlah tidak cocok untuk digaungkan, karena terkesan lebih pas dilakukan oleh kaum pria. Jika melihat dari isu yang lain, seperti isu persamaan di depan hukum dalam hal properti, kasus perceraian, dan kepengasuhan anak-anak, lebih pantas diisukan. Membayar upah yang setara dengan kau pria bagi pekerja perempuan, akses yang sama terhadap pekerjaan dan pendidikan, dan penerapan kode moral yang sama dengan perilaku pria dan wanita, jauh lebih sedikit berkualitatif daripada isu perempuan harus memilih. Dari kasus yang dijalankan oleh Cady Canton inilah yang sebenarnya menjadikan isu feminism itu mulai bangkit dan memberikan segala asumsinya keapda masyarakat, bahwa gerakan feminisme adalah hal yang patut diperjuangkan. Hal-hal yang berkaitan dengan feminisme, harus diselesaikan, apalagi jika menyangkut hak pilih wanita tersebut.

Serupa dari kasus yang ada di Seneca Falls, tentunya kasus ini menjadi salah satu sejarah yang ada, bahwa kaum feminism berhak memperjuangkan hak-haknya dalam dunia politik. Jika hanya saja perempuan itu termarginalkan dalam situasi politik yang ada, maka akan berakibat pada kurangnya pembangunan yang merata dari masyarakat itu sendiri. Memang, jika berdasarkan pada bentuk kasus ini, sangat kurang kontroversial dan tentu terksean kurang menarik, Mengapa?, karena sekitar tahun 1848 masih banyak kasus dan bentuk dari perjuangan hak-hak kaum minoritas yang harus diperjuangkan, apalagi jika ada kaitannya dengan perempuan sebagai pejuang rendah di masyarakat saat itu. Lantas kemudian, mengapa harus hak pilih bagi kaum perempuan yang diperjuangkan? Lantas bagaimana dengan hak-hak minoritas lainnya yang banyak tidak terpenuhi dan belum terselesaikan?.

Memang, jika dianggap sebagai salah satu bentuk dari partisipasi politik dan perjuangan gender, maka perjuangan dalam memperoleh hak pilih itu bagian dari dalamnya. Misalnya saja, dari tindakan perbudakan bagi kaum minoritas, adalah contoh yang jelas dari penolakan dari kesetaraan hukum yang paling dasar daripada memperoleh kesempatan membangun tata kelola kehidupan yang bermartabat. Sebabnya apa?, tentunya karena adanya inkonsistensi dalam penegakan hukum, serta tidak adanya perubahan yang jelas dari hukum itu sendiri. Maka dari itu, kewajiban dalam menjalankan hukum yang baik dan benar adalah hal yang patut diperjuangkan, demikian juga bagi segala pihak yang ada dalam suatu komunitas. Masalah ini ada akhirnya bermuara pada hak-hak pada perempuan, yang dibungkus dalam nilai-nilai kebebasan, kesetaraaan dan demokrasi.

Jika melihat beberpa kasus dari perbudakan, biasanya pendukung hak kebanyakan wanita termotivasi oleh gerakan kebangkitan agama. Kebaangkitan dan kesadaran dalam menjalan agama adalah hal yang sangat berpengaruh di abad kesembilan belas. Bahkan, dari pengaruh agama inilah yang kemudian menjadi landasan kehidupan masyarakat kala itu, dengan menjunjung tinggi moralitas dan adat istiadat setempat. Slogan yang terlontar dari Susan B. Anthony, mengatakan bahwa  misalnya, adalah "ketahanan terhadap tirani adalah ketaatan kepada Tuhan.". Inilah yang menginspirasi sebagian perempuan untuk mengadakan gerakan-gerakan serupa dalam  masalah perbudakan. Dalam masalah ini juga mengindikasikan bahwa wanita perlu disejajarkan hak-haknya dalam tingkat kemanusiaan, yang di mana laki-laki dan perempuan mempunyai peran di ranah publik. Meskipun beberapa pendapat yang keluar adalah tidak adanya ketidaksuksaan pada gerakan hak pilih wanita, karena terkesan seperti gerakan konservatif yang selalau ada keterkaitan yang erat dari dalam gereja. Dari ini saja, juga membuktikan bahwa kampanye abad kesembilan belas terhadap prostitusi dan perdagangan perempuan dan undang-undang perlindungan khusus bagi pekerja perempuan dibuat yang didasarkan pada gagasan bahwa kerentanan akan selalu terjadi pada perempuan, hingga perlindungan bagi kaum perempuan wajib dipenuhi.

Meskipun banyak organisasi hak pilih wanita saat ittu, yang dalam negeri aktif di abad kesembilan belas, pada akhirnya menimbukan suatu gerakan organisasi aktif dalam dalam melontarkan dukungan pada  hak pilih perempuan. Organisasi ini bernama International Woman Suffrage Association (IWSA), atau Asosiasi Internasional untuk Hak Pilih Wanita, yang kegiatannya berupa kampanye-kampanye internasional untuk hak pilih yang berdasarkan pada persamaan hak bagi semuanya, khususnya bagi kaum perempuan. Lantas, bagaimana kemudian model kampanye yang dilancarkan oleh kelompok tersebut?

Ada beberapa karakteristik tertentu yang menandai kampanye wanita hak pilih internasional. Pertama, tidak seperti gerakan anti perbudakan, kampanye lebih mengandalkan simbolis dan tekanan politik daripada hanya sebatas penyebaran informasi. Dalam gerakan yang digencarkan oleh wanta adalah salah satunya karena kurangnya distirbusi informasi yang jelas dan kekurangan pemahaman yang mendalam di lingkaran sosial kemasyarakatan. Maka dair itu, kampanye yang dilakukan oleh mereka untuk memberikan informasi dan pemahaman bagi publik bahwa wanita adalah bagian dari dunia internasional yang perlu diakui hak-hakya. Kaum perempuan lebih dari sekedar kaum minoritas dari masyarakat, akan tetapi juga bagian dari sumber daya yang tenaga dan usaha yang dimaksimalkan oleh mereka sangat berguna. Akan tetapi, dalam hal partisipasi politik dengan pemerintah, tidak adanya bentuk partisipasi wanita dalam hal ini. Diawal hanya sebatas dari gerakan yang memperuangkan suara wanita melalui gerakan advokasi, agar suara mereka didengarkan.
Salah satu bentuk dari organisi internasional, yang berdiri sebagai promosi dalam hal organisasi advokasi suara hak pilih bagi wanita internasional atau World’s Women’s Christian Temperance Union (WCTU).  WCTU adalah salah satu gerakan dari organisasi internasional yang mengurus dan memaksimalkan peran hak suara perempuan. Mereka percaya bahwa suara akan menimbulkan pengaruh yang kuat berbentuk larangan-larangan, dan segala akumulasi tindakan  dan keamanan fisik untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, hingga WCTU berubah dari organisasi perempuan Protestan konvensional untuk sebuah organisasi agresif politik untuk berbagai problematika dalam masyarakat, termasuk hak pilih. Ini bisa dibuktikan dengan adanya, suara-suara kaum perempuan yang diperoleh sekitar tahun 1980 dan 1902 di Australia dan Selandia Baru. Sebagai contohnya juga terjadi di negara-negara bagian, seperti Wyoming, Utah, Colorado, dan Idaho yang didominasi oleh anggota WCTU yang berdiri di garda terdepan sebagai promotor gerakan hak pilih wanita. Diakhir, para aktivis yang berhasil menghasilkan dan melancarkan tujuannya di negara tersebut, kembali ke Amerika dan negara Eropa untuk menyebarkan cerita tentang bagaimana mereka telah memenangkan suara dan apa artinya bagi mereka.

Selain itu, ada juga alur atau bentuk dari gerakan perempuan, yang berkaitan dengan gerakan sosialis internasional. Jika dilihat dari pola perkembangan sejarah, semuanya dimulai pada tahun 1990. Pada tahun itu, gerakan Sosialis Internasional mengeluarkan resolusi hak pilih wanita pertama, tetapi hak pilih menjadi permintaan fundamental partai-partai sosialis hanya pada tahun 1907. Perempuan sosialis di seluruh dunia tidak seharusnya bekerja sama dengan "suffragists borjuis", tetapi dalam prakteknya pendukung sosialis dan non-sosialis untuk gerakan hak pilih wanita bekerjasama secara ekstensif. Inilah yang kemudian menjadi salah satu entuk dari pola gerakan sosialis yang bekerjasama dengan para kaum sosialis internasional. Ketiga, bentuk dari gerakan internasional untuk hak pilih wanita hak pilih adalah hak pilih independen. Ini juga disebut untuk membedakan mereka dari para pihak yang lebih moderat. Aktivis ini lebih menganjurkan pada agitasi publik, pembangkangan sipil, dan akhirnya taktik dan tindakan kekerasan diberlakukan untuk permintaan mereka untuk suara. Mereka lebih melakukannya dengan tindakan yang anarkis, seperti maju ketingkat parlemen dan menghadapi pembicara pada pertemuan tertentu, merantai diri ke pagar di depan gedung-gedung pemerintah, melemparkan batu melalui jendela, dan berpartisipasi dalam demonstrasi jalanan yang sering berakhir dalam bentrokan dengan polisi dan pihak bermusuhan. Ujungnya, mereka mendekam di dalam penjara, dan sekali di penjara mereka terlibat dalam mogok makan dan harus diberi makan secara paksa. 

Ada lagi organisasi perempuan yang lebih terkenal selain yang disebutkan diatas. Organisasi tersebut adalah adalah Women’s Social and Political Union (WSPU) yang berlokasi Britania Raya, di bawah kepemimpinan keluarga Pankhurst, yang dimana taktik mereka memiliki pengaruh internasional yang luar biasa. Meskipun tidak mendukung taktik yang lebih militan dari hak pilih, Women’s Social and Political Union menyediakan wadah khusus bagi kaum perempuan untuk memfasilitasi pengaruh mereka." Dalam pertemuan internasional reguler, WSPU kelompok ini lebih menguasai pada bentuk dan pola pengaruh militansi tersebar di antara anggota yang membawanya kembali ke negara asal mereka. 

Keempat, gerakan internasional perempuan juga diaktualisasikan oleh gerakan International Council of Women (ICW), yang didirikan pada tahun 1888. Setelah tahun 1904, kelompok itu mengadopsi beberapa hak pilih, yang kemudian siap memberikan prioritas masalah di atas isu-isu lain pada perusahaan agenda, termasuk tuntutan untuk upah yang sama untuk pekerjaan yang sama, akses ke profesi, alokasi dana unutk tunjangan kehamilan, mengungkit penindasan perdagangan perempuan dan anak-anak melalui proses perdamaian dan arbitrase, perlindungan pekerja perempuan dan laki-laki, dan pengembangan mesin untuk meringankan perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Meskipun tidak terlalu bergerak di di garis depan seperti gerakan lainnya, ICW memberikan kontribusi dengan mempromosikan komunikasi antar organisasi perempuan di berbagai negara. Selain itu, ICW juga bekerja secara aktif dengan organisasi-organisasi antar pemerintah dan konferensi, termasuk konferensi perdamaian internasional di Den Haag dan Liga Bangsa-Bangsa. 


Referensi

Margaret E. Keck, Kathryn Sikkink, (1998), Activists Beyond Borders, Advocacy Networks in International Politics”, (1998), Cornell University Press.


Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri

1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, ...