Minggu, 13 Desember 2015

Studi Kepemimpinan

Studi Analisis terhadap perilaku Kepemimpinan

Pendahuluan
Dalam menjalankan roda kehidupan, manusia melakukan berbagai hal dalam menjalin hubungannya dengan orang lain. Manusia juga melakukan hubungan sosial antar samanya karena mereka merupakan makhluk sosial, yang hidup sebagai makhluk sosial. Manusia pun tidak bisa menjalankan kehidupannya tanpa berinteraksi dengan orang lain, karena mereka pasti membutuhkan pertolongan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Dalam berinteraksi, dikenal dengan namanya keterampilan interpersonal, yang merupakan komponen penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan interpersonal juga merupakan salah satu aspek penting yang digunakan manusia dalam dunia kerja maupun berorganisasi. Dalam menjalankan kehidupan yang semakin maju seperti sekarang ini, setiap individu manusia harus membutuhkan kecakapan-kecakapan yang dapat menunjang kehidupannya, baik dalam dunia karir maupun dalam kehidupan berorganisasi. Apabila ia tidak memenuhi hal tersebut, maka kompetisi dalam dunia kerja yang begitu dinamis akan terus menyingkirkan mereka yang tidak mempunyai keterampilan interpersonal skill dan dikuasai oleh mereka yang mempunyai keterampilan interpersonal skill yang lebih baik dan mapan. Oleh karena itu keterampilan interpersonal skill sangat penting untuk dimiliki oleh kita semua, apalagi yang mempunyai peran akademisi seperti kita yang sering turun dan berperan aktif dalam berorganisasi.
Bicara mengenai organisasi, organisasi apapun itu pasti mempunyai pemimpin yang memegang pernan tertinggi di dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki seseorang dalam mengembangkan karirnya, karena tanpa kepemimpinan, tidak ada kesuksesan yang dapat diraih.  Baik dalam berorganisasi atau dalam melakukan urusan  yang khusus dalam mengembangkan amanat yang mereka pegang. Akademisi maupun praktisi pun demikian, yang dimana kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjung karirnya. Setiap orang yang ada di dunia ini butuh dengan sifat kepemimpinan, yang di mana sifat kemimpinan tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga dapat memimpin rakyat atau masyarakat yang memberikan amanat kepadanya. Dalam kehidupan bernegara, berbangsa maupun beragama, pemimpin harus hadir di setiap permasalahan yang ada dan harus bisa mengatur keberagaman yang ada di dalamnya, dan inilah yang harus menuntut para pemimpin untuk mengatur kehidupan dalam organisasi yang dipimpinnya. Setiap masalah yang ada, juga ditimbulkan dalam setiap dinamika kehiudapn dalam kelompok akan membuat pemimpin itu mencari cara dan strategi dalam menyelesaikan masalah yang ada.


Rumusan Masalah
1.      Apa itu Ketrampilan Interpersonal Skill?
2.      Apa Itu Kepemimpinan? Apa itu karakteristik Kepemimpinan?
3.      Apa korelasi Kepemimpinan dan Ketrampilan Interpersonal Skill?
4.      Analisis terhadap individu mengenai sifat kepemimpinan.
Tujuan Penulisan     
1.      Mengetahui pengertian Interpersonal Skill.
2.      Dapat memberikan pengertian Kepemimpinan dan Karakteristiknya.
3.      Dapat mengetahui korelasi antara kepemimpinan dan Interpersonal Skill.
4.      Dapat memberikan Analisa yang tepat terhadap individu mengenai Sifat Kepemimpinan.

Pembahasan
A.     Pengertian Interpersonal Skill
Hubungan Interpersonal Skill merupakan salah satu kecakapan yang harus dimiliki manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Interpersonal Skill juga sebuah skill atau kecakapan keterampilan yang di mana keterampilan tersebut menjadi penunjang kita dalam berorganisasi maupun berkelompok, bahkan dalam dunia kerja. Karena dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia, kecakapan ini hadir sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam melihat kecakapan individu ataupun seseorang yang ingin terjun di dunia kerja maupun dunia organisasi. Interpersonal skill juga kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, baik dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk pengembangan kerja secara optimal. Keterampilan Interpersonal didefinisikan sebagai keterampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain. Bagaimana diri kita membangun hubungan yang harmonis dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari keterampilan interpersonal.
Mengapa perlu keterampilan interpersonal? Dalam kehidupan keseharian kita, hampir tidak mungkin kita berinteraksi dengan sesama kawan kita, dan bahkan siapa saja yang berlalu lalang di sekitar kita. Ini merupakan hukum alam bahwa manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia harus hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam skema hidup bersama ini muncul kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah komunikasi antara manusia, sehingga keberadaan interpersonal skill hadir sebagai salah satu aspek terpenting dalam menjalankan hubungan interaksi satu individu lainnya.


B.     Pengertian Kepemimpinan dan Karakteristiknya
Memimpin berarti mengepalai atau mengetuai, memegang, menuntun, membimbing, bisa juga melatih. Kepemimpinan dalam KBBI berarti perihal pemimpin atau cara kepemimpinan. Sedangkan pemimpin mempunyai arti orang yang memimpin. Jadi seorang pemimpin adalah seseorang yang mengepalai atau mengetuai suatu hal dalam suatu perkumpulan atau pun kelompok, baik itu keluarga, organisasi, institusi, dan lain sebagainya. Dalam bahasa Inggris, pemimpin  disebut dengan “Leader”. Sedangkan kegiatannya disebut dengan kepemimpinan atau “Leadership”. Dalam Islam sendiri, makna kepemimpinan diartikan sebagai khalifah yang pada makna dasarnya pengganti atau wakil. Oleh karena itu, perkataan tersebut cendrung berkonotasi sebagai pemimpin formal. Konotasi tersebut terlihat pada bidang-bidang yang dijelajahi di dalam tugas pokoknya, yang menyentuh tidak saja aspek-aspek kehidupan beragama saja, melainkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik itu dalam memimpin politik atau duduk di pemerintahan, serta berorganisasi di wilayah-wilayah akademisi seperti sekolah dan universitas.  
Menurut Professor Veitthzal Rivai dalam bukunya “Islamic Leadership”, bahwa pemimpin adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban dilaksanakan dalam suatu organisasi. Seseorang yang  yang secara resmi diangkat menjadi suatu kepala suatu group atau kelompok bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak berfungsi sebagai pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang unik dan tidak diwariskan secara otomatis, akan tetapi untuk menjadi seorang pemimpin haruslah memilki karateristik tertentu yang timbul pada situasi-siatuasi yang berbeda. Jika kita menjadi pemimpin, kita harus mempunyai keterampilan khusus dalam menjalankan berbagai rutinitas yang ada di kelompok yang kita bina dan di dalam organisasi kita aktif di dalamnya. Menjadi pemimpin itu tidaklah mudah, karena menjadi seroang yang memberikan contoh lebih sulit daripada hanya menjadi seorang yang hanya memerintah dan hanya memberikan penugasan saja. Menurut H. Hadari Nawawi, bahwa ada beberapa konsep yang timbul dalam membuat karakteristik khusus dalam kepemimpinan, baik itu dalam pergaulan dan sosialisasi kepada masyarakat. antara lain; yaitu,
a). Mencintai kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
Seseorang pemimpin yang mencintai kebenaran, akan menjadi pemimpin yang kepribadiannya untuk mencintai keadilan. Dalam kepribadian seseorang pemimpin yang seperti itu, maka akan menghasilkan pemimpin yang jujur. Dalam Islam, pemimpin harus taat kepada kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT. Apabila 2 hal ini dilakukannya, maka tidak seharusnya ia takut kepada manusia, selagi ia masih benar dan mempunyai jalan yang sesuai dengan ajaran yang diperintahkan oleh Allah SWT.
b). Dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain.
Kepercayaan itu sangatlah penting. Jika pemimpin selalu berusaha untuk mempercayai orang lain, maka secara tidak langsung dia akan dipercayai orang disekitarnya. Setelah timbulnya kepercayaan tersebut, maka anggota kelompok ataupun organisasi memberikan kesempatan kepada pemimpin untuk menghayati perasaaan, pemikiran, aspirasi dan keluhan-keluhan yang berkembang di anggota kelompoknya. Jadi tidak hanya sebatas memerintah saja, melainkan harus mempercayai segala apa yang dikerjakan oleh anggota kelompoknya.
c). Memiliki kemampuan dalam bidangnya dan berpandangan luas yang didasari kecerdasan (intelegensi) yang memadai.
Kemampuan intelegensi itu juga penting. Seorang pemimpin tidak hanya memiliki kemampuan kepemimpinan, di samping itu pemimpin harus mengetahui juga seluk beluk bidang yang dikelola organisasi dan kelompok yang ia geluti di dalamnya. Maka dibutuhkan yang namanya kecerdasan atau intelegensi dalam mengetahui atau menguasai semua permasalahan yang ada di kelompok yang ia pimpin.
d). Pandai bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberi petunjuk serta terbuka untuk orang lain dan aktif di lingkungan sekitar.
Sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh sang pemimpin harus  memiliki kepribadian yang senang bergaul, ramah tamah dan suka menolong, karena pemimpin tidak mungkin mengelola sebuah organisasi tanpa adanya sikap ramah tamah dan pandai bergaul. Kalau pemimpin hanya mempunyai sifat dan temperamen yang keras, serta jarang untuk bergaul, maka rasa kepercayaan anggota kelompooknya bisa jadi akan berkurang terhadapnya.
e). Memiliki semangat untuk maju, semangat pengabdian dan kesetiakawanan, serta kreatif dan penuh inisiatif.
Seorang pemimpin harus menjadi salah satu seorang yang mempunyai banyak ide dalam mengembangkan suatu ide yang ada di dalam idenya. Pemimpin tidak harus kehilangan ide, melainkan jiwa inovatif yang dimiliki pemimpin harus ada dan pada akhirnya akan membuat ide-ide cadangan dalam melanjutkan misi dan strategi selanjutnya. Ide-ide cadangan yang dimiliki seorang pemimpin merupakan salah satu strategi kedua setelah suatu organisasi kehabisan ide atau cara dalam menyelesaikan suatu masalah.
f). Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan konsekuen berdisiplin serta bijaksana dalam melaksanakannya.
Karena pemimpin merupakan sang promotor atau penggerak dalam suatu organisasi, maka pemimpin butuh keberanian dan dengan segala tanggung jawab yang ada, pemimpin harus konsekuen dalam memberikan keputusan. Menjadi seorang yang penuh tanggung jawab tidaklah mudah, melainkan sesuatu yang rumit. Maka dari itu, pemimpin harus belajar sedikit demi sedikit mengenai arti sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab dapat memberikan kesan yang baik bagi pemimpin tersebut, karena tanggung jawab merupakan salah satu aspek terpenting dalam menimbulkan kepercayaan kepada pemimpin.
g). Aktif dalam memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
Kesehatan jasmani dan rohani sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap usaha mewujudkan kepemimpinan yang efektif. Maka kesehatan jasmani dan rohani sangat mutlak diperlukan bagi seorang pemimpin. Mana mungkin bisa memimpin dalam keadaan yang sakit, sedangkan dibutuhkan tenaga yang lebih dalam memimpin suatu organisasi. Ada sebuah pepaatah arab ang mengatakan bahwasanya “Akal yang sehat terdapat pada raga yang kuat”. Peribahasa ini mengandung makna bahwa menjadi seorang yang sehat jasmani dan rohani menjadi syarat terpenting dalam melahirkan ide-ide yang kuat pula. Ide-ide yang cerdas dan baik akan lahir dari pribadi yang sehat, tanpa penderitan rasa sakit, dan aktif dalam bekerja maupun berpikir secara intelektual, hingga legitimasi anggota kepada pemimpin akan bertambah seiring ide dan pemikiran pemimpin yang penuh inovatif.
C.     Korelasi Kepemimpinan dan Interpersonal Skill
Menjadi pemimpin merupakan hal yang sangat luar biasa, karena didalamnya kita belajar untuk bagaimana menilai dan juga mengorganisir suatu organisasi yang kita miliki. Menjadi pemimpin pun memang hal yang luar biasa, disamping ada beberapa tantangan yang harus dihadapi ketika menjadi seorang pemimpin. Kemampuan untuk menjadi pemimpin tidak hanya sebatas menyuruh dan memberikan penugasan begitu saja, melainkan komunikasi antara pemimpin dan anggotanya juga sangat mendukung perwujudan suksesnya sebuah tujuan kelompok dan organisasi. Maka sangat bisa dikatakan bahwa kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan komunikasi interpersonal. Pemimpin yang baik dan mampu bertanggung jawab merupakan salah satu usahanya untuk meningkatkan kepercayaan anggota kepada pemimpin, dan usaha dalam meningkatkan kemampuan interpersonal skill sangatlah membantu pemimpin dalam mewujudkannya, hingga terciptalah hubungan yang baik antara pemimpin dan anggotanya.
Apa saja korelasi antara kepemimpinan dan hubungan interpersonal skill? Apakah hal tersebut menjadi salah satu faktor kesuksesan pemimpin dalam menciptakan hasil yang baik di organisasi dan kelompok? Jika kita menitik kembali apa yang ada dimaksud dengan interpersonal skill dan proses kepemimpinan, maka korelasi antara keduanya sangatlah erat, karena dalam hal kelompok, komunikasi dua arah yang disampaikan terjadi antara satu individu ke individu yang lain, hingga melibatkan kedua invidu tersebut dalam komunikasi yang aktif. Bahkan dalam hal komunikasi, komunikasi yang assertif akan diwujudkan oleh dua individu yang bersama-sama berkomunikasi yang baik. Pemimpin pun demikian, apabila ingin menciptakan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggota dalam kelompok, maka pemimpin harus menciptakan komunikasi yang assertif pula, dengan menciptakan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggotanya kelompok maupun organisasinya.
Interpersonal dan kepemimpinan juga menjadikan individu sebagai subjek dalam hubungan sosial dan kemasyarakatan. Kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin harus sesuai dengan  kepribadian dan tujuan anggota kelompoknya. Maka dari itu, pemimpin harus mengerti semua watak dan sifat-sifat anggotanya. Mengenai watak dan temperamen yang dimiliki oleh seorang pemimpin, maka sebagai pemimpin yang sering mengawal anggota-anggota kelompoknya, maka pemimpin harus bisa menjadikan watak yang ia pelajari terhadap sebelumnya harus disesuaikan dengan penugasan-penugasan yang kemudian ia berikan kepada anggota-anggotanya. Jika memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi, maka dapat menumbuhkan rasa percaya diri, mendapatkan penghargaan dan, membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain, sehingga jika pemimpin sampai pada tingkat ini, maka legitimasi dan kepercayaan anggota kelompok atau organisasi akan semakin bertambah dan meningkat kepada pemimpinnya.
D.     Analisis terhadap individu mengenai sifat kepemimpinan.
            Dalam hal ini, pemakalah akan melakukan sebuah analisa terhadap individu mengenai sifat kepemimpinan. Kepemimpinan yang dimilki seseorang bisa dinilai dari mana ia bisa melakukan berbagai
hal yang membuatnya bisa memimpin suatu kelompok atau organisasi. Pemakalah melakukan wawancara dan mengajukan beberapa soal dan jawaban yang kemudian jawaban tersebut diberikan dari individu yang dijadikan sebagai sasaran dalam analisa kepemimpinan. Berikut adalah Kuisioner dan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada subjek yang diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada subjek yang ingin diteliti dan akan dijawab dengan jawaban yang sejujurnya, hingga pertanyaan yang dijawab akan mencerminkan kepemimpinannya terhadap organisasi yang ia pimpin. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan pada salah satu teori dalam interpersonal skill, yaitu bagaimana kita menjadi salah satu individu belajar mendengarkan orang lain dalam mengamalkan sebuah interaksi antar sesama, atau disebut juga hubungan interpersonal skill. Hubungan yang sama antara interpersonal skill dan kepemimpinan dapat dijelaskan di bab selanjutnya, yaitu berisi jawaban sang individu, dan juga akan disangkut pautkan dengan kepribadian. Setelah memberikan pertanyaan kepada individu tersebut, maka pemakalah sebagai observer akan mengolah memberikan jawaban yang telah diberikan.
S: Siapa nama lengkap Anda?
J: Nama lengkap saya adalah Muhammad Ulul Al-Bab, Saya berasal dari Surabaya dan Mahasiswa semester 3 Hubungan Internasional di Kampus Siman Universitas Darussalam Gontor.
S: Bentuk organisasi macam apakah yang anda pimpin?
J: Organisasi yang saya pimpin adalah Gerakan Pramuka, yang dimana gerakan Pramuka atau kepanduan tersebut di Universitas Darussalam dinaungi oleh gerakan Pramuka Al-Farobi. Berlokasi di SDN 2 Suran, Mlarak, Ponorogo. Di dalamnya ada anak-anak Sekolah Dasar yang harus diajar Kepanduan, dan di sisi lain, organisasi Kepanduan yang saya pimpin dan kawan-kawan saya sebagai pengurus.  
S: Apa yang menjadi motivasi anda dalam memimpin suatu organisasi?
J: Yang menjadi salah satu motivasi saat memimpin adalah saya dapat belajar cara memimpin suatu organisasi, kemudian mendapatkan pengalaman baru dan belajar untuk menjadi pemimpin. Ketika menjadi seorang pemimpin di organisasi tersebut, saya belajar untuk bagaimana dengan kepemimpinan itu sendiri, tidak hanya memimpin, melainkan dipimpin juga. Saya juga mendapatkan pengalaman berharga dan mengambil pelajaran yang sangat berguna bagi hidup saya kelak. Yang paling penting adalah saya selalu mendapatkan pengalaman baru yang belum saya dapat sebelumnya.
S: Berapa hari yang anda habiskan dalam seminggu ketika memimpin gerakan Pramuka?
J: Waktu yang saya habiskan dalam seminggu 3 kali pertemuan dengan para anggota didik. Dari 3 hari itu ada waktu yang saya harus hadir diantaranya 2 hari untuk melatih sehari lagi untuk aktif di organisasi. 2 hari ini saya sempatkan untuk langsung terjun ke dunia anak-anak dan mengajar pramuka. Beda lagi di sehari yang tadi, saya memimpin organisasi pramuka dengan teman sendiri.
S: Apa saja yang menjadi kendala bagi diri anda ketika menjadi pemimpin di organisasi tersebut?
J: Dalam memimpin suatu organisasi, pastinya kita menemukan kendala dan masalah yang akan dihadapi. Masalah tersebut pasti datang silih berganti. Dalam memimpin organisasi ini, terkadang saya juga mendapatkan masalah yang di mana masalah tersebut menjadi cobaan tersendiri bagi saya. Jika organisasi yang saya pimpin anak-anak kecil dalam mengajar, itu memang mudah, dikarenakan anak kecil sangat mudah untuk dilatih dalam hal kepanduan, tinggal bagaimana kita memasuki dunia mereka dan mengajak mereka untuk sering bermain dan belajar. Akan tetapi, kendala yang biasa saya temukan itu ketika memimpin organisasinya kepengurusan pramukanya, yang dimana organisasi ini diorganisir oleh kawan sendiri. Kawan saya juga biasanya sulit untuk menerima beberapa argumen yang kadang aku lontarkan sepihak, akan tetapi disitu saya belajar untuk mendengarkan dan memahami orang lain. Di sinilah menjadi cobaan tersendiri bagi saya untuk belajar menjadi pemimpin yang paham akan sifat dan karakter teman sendiri.  
S: Mengapa anda memilih untuk memimpin gerakan Pramuka ini? Apakah ada paksaan, atau hanya ikut-ikutan dan gengsi, atau memang keinginan diri sendiri?
J: Saya memilih organisasi kepramukaan ini karena saya mempunyai latar belakang dalam hal kepanduan. Dulu saya sangat hobi dalam latihan kepanduan, belajar tentang hal-hal yang berkenaan dengan alam. Karena inilah, saya merasa untuk mengamalkan ilmu saya kepada orang lain. Karena ilmu yang bermanfaat itu bagaimana kita mengajarkan  dan mengamalkannya kepada orang lain.
Dalam hal paksaan, memang pada awalnya pasti ada paksaan. Akan tetapi paksaan itulah yang menjadi batu loncatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, kalau tidak dipaksa, mana mungkin kita mau untuk mengurusnya. Dari paksaan tersebut kita belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan seluruh tuga yang diberikan kepada kita. Berawal dari paksaan kita akan terbiasa. Kalau kita sudah terbiasa, maka tidak ada yang namanya paksaan lagi. 


S: Berapa macam inovasi yang dapat anda ciptakan ketika memimpin suatu organisasi?
J: Setiap urusan dan kegiatan yang saya emban, pasti saya selalu memasang target dan tujuan yang harus saya capai. Tujuan dan target yang sudah saya rencanakan sebelumnya, juga akan membuahkan inovasi-inovasi yang akan menemani jalannya tujuan yang akan dicapai. Dan apabila inovasi yang telah saya rencanakan atau ide yang saya buat sudah diambil oleh orang lain, maka tidak apa-apa. Pada kondisi itu, why not? Kenapa tidak? Pada waktu itu bagaimana saya berkolaborasi dengan teman saya untuk menciptakan hal tersebut lebih indah.  
S: Ketika anda mengorganisir suatu kegiatan atau acara, pasti ada beberapa keluhan yang datang dari anak didik, bagaimana anda menyikapinya?
J: Kita tahu bersama, kalau psikologi anak-anak kecil itu beda dengan orang dewasa pada umumnya. Anak kecil mudah menangis, bahkan jika kita menganggap mereka main-main, mereka menganggap kita serius. Kadang kita serius, malah mereka yang main-main. Ini sudah hal yang wajar jika kita memang terjun di dunia anak-anak. Terkadang anak-anak yang kita bimbing mengecewakan kita dengan beberapa keusilan yang mereka kerjakan. Justru itu, saya sendiri harus selalu semangat dalam hal ini, karena dalam mengurus anak-anak yang berbeda pandangan dengan diri kita, maka kita akan belajar mengenai psikologi anak itu sendiri. Maksud saya di sini, kita biarkan mereka bebas dan terikat. Maksudnya apa, kita biarkan mereka lakukan apa yang mereka mau lakukan, akan tetapi mereka tetap terikat dengan kita.    
S: Apakah anda orang yang bertanggung jawab? Kalau iya, bisa sebutkan salah satu bentuk tanggung jawab anda selama anda memimpin?
J: Contohnya saya pernah sukses memimpin lomba yang diadakan untuk sekolah dasar mengenai kepanduan. Lomba yang saya pegang membuahkan hasil dan itu sukses. Kalau saya mengemban suatu tugas untuk mengurus suatu lomba, maka saya akan all out di lomba tersebut, karena itu merupakan lomba yang sudah menjadi tanggung jawab saya. Akan tetapi, halangan dan rintangan juga pernah saya temukan dalam memimpin suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawab saya. Tapi juga terkadang itu gagal dan itu tidak membuahkan hasil, dan juga manusia memaang khilaf. Disamping itu saya terus bangkit dan memberikan motivasi lagi kepada anak-anak, bagaimana agar diberikan hasil yang terbaik.
S: Apa strategi anda dalam menjalankan setiap kegiatan yang bisa membat anak didik anda selalu semangat dan tanpa adanya rasanya mengeluh?
J: Setiap pemimpin pasti mempunyai cara tersendiri dan gaya yang khas dalam memimpin. Saya pribadi lebih senang itu kalau benar-benar terjun ke dunia anak-anak secara langsung. Kadang juga dibutuhkan yang namanya kebersamaan dalam memimpin, karena seorang pemimpin harus dekat dengan dengan murid didiknya. Disamping itu, saya juga pernah agak tegas dalam memimpin, karena kewalahan tersendiri melihat sikap dan karakter anak-anak yang susah untuk diajak bermain. Maka bisa saya pastikan, saya terkadang agak keras dan sangat tegas dengan sikap anak-anak yang seperti itu. Akan tetapi itu tidak menghambat saya untuk tetap semangat dalam mendidik anak-anak secara terus menerus. Sifat kebersamaan yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak didik berusaha membuat mereka merasa senang dengan apa yang diberikan pengajar kepada muridnya. Gaya kepemimpinan saya sendiri bisa dikatakan ada dua hal, yaitu terbuka dan sering bekerja sama, serta otoriter, yang sukanya memerintah dan memberikan penugasan yang terkadang mmbuat saya stress dan juga eribg mengalami konflik, baik itu konflik lahir, seperti konflik bersama kawan yang lain, serta konflik batin, yaitu bagaimana menangani rasa stress itu sendiri.

Berikut telah dituliskan hasil wawancara bersama salah satu pemimpin, meskipun ia juga teman saya, yang juga menceritakan pengalaman memimpinnya kepada saya pribadi. Kepemimpinan yang selama ini ia pegang merupakan salah satu kesuksesan tersendiri baginya, disamping adanya cobaan bagi dirinya. Kepemimpinan yang ia emban tentu beda dengan apa yang dijalankan oleh pemimpin yang lebih mencakup besar lagi, seperti mengemban amanat yang dijalankan terhadap umat, contoh Presiden, Wakil Presiden, menteri, kepala Desa, Alim ‘Ulama dan lain-lain. Akan tetapi, setiap kepemimpinan yang dijalankan seseorang pasti tentnya memiliki gaya tersendiri, karena gaya kepemimpinan seseorang itu mencakup bagaimana ia bertindak dalam organisasi, maka cara termudah untuk mengetahui berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu.
Dalam buku “Islamic Leadership” karya Professor Veitzhall Rivai, bahwa ada lima macam kepemimpinan menurut cara kerja pemimpinnya dalam orgnisasi.
a). Birokratis. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan keterikatan yang terus menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini mengaggap bahwa kesulitan-kesulotan akan dapat diatasi apabila setiap orang mematuhi aturan-aturan. Keputusan-keputusan yang ada dibuat berdasarkan prosedur-prosedur baku yang telah ditetapkan oleh organisasi.  
b). Permisif. Di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang untuk selalu semangat terhadap aturan main yang sudah ada. Dalam hal ini koordinasi antara satu individu kepada individu yang lain terkadang menjadi satu hal yang dikorbankan, sehingga apabila orang lain telah merasa senang dengan aturan main yang telah ada maka dari itu, fungsi organisasi tersebut akan jalan sebagaimana mestinya.
c). Laissez-faire. Dalam hal ini, pemimpin hanya berjalan untuk menjalankan fungsinya sebagai pemeliharaan saja. Misalnya, seorang ‘Ulama mungkin hanya namanya saja ketua dari organisasi tersebut dan hanya mengurusi masalah khutbah saja, sementara yang lainnya mengerjakan segala hal mengenai bagaimana organisasi tersebut harus berjalan dan beroperasi bagaimana mestinya. Gaya ini kadang dipakai olah pemimpin yang sering bepergian atau hanya bertuga sementara.
d). Partisipatif. Gaya ini lebih condong untuk melibatkan beberapa orang dan saling memotivasi dalam melibatkan orang tersebut dalam pengambilan sebuah keputusan. Keputusan yang dikeluarkan oleh pemimpin tersebut membuat partisipasi yang solid antara anggota dan para pemimpin dalam menjalankan segala aktifitas yang organisasi. Hal ini diharapkan akan menimbulkan rasa memilki sasaran dan tujuan bersama.
e). Otokratis.  Gaya ini ditandai dengan adanya sikap ketergantunagn kepada yang berwenang dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan apa-apa selain apa yang telah diperintahkan. Gaya ini mendorong adanya pembaruan. Pemimpin mengaggap dirinya sangat diperlukan dan keputusan dapat dibuat dengan cepat.
Gaya kepemimpinan yang telah disebutkan diatas tadi merupakan salah contoh bahwa ketika menjadi pemimpin, ada 5 hal yang menjadi gaya kepemimpinan tersebut diimplementasikan dan dipraktekkan kepada para anggota kelompok maupun organisasi. Jika kita melihat dengan apa yang terjadi dengan kepemimpinan teman saya dalam hal kepanduan, maka dapat dilihat dari segi kepemimpinan yang partisipatif, yaitu dalam menjalan kepanduan, sangat pemimpin lebih mengajak partisipasi yang lebih kepada para anggota organisasi, sehingga yang dikeluarkan pemimpin tersebut berupa keputusan dapat dilaksanakan atas hasil musyawarah bersama dan juga hasil keikutsertaan anggota dalam menjalankan organisasi tersebut. Memang, dalam menjalankannya tidaklah mudah, dikarenakan anggota kelompok terdiri dari anak-anak yang masih dibawah umur dari kita. Akan tetapi, partisipasi dari pengurus yang lain merupakan hal yang juga sangat penting, hingga partisipasi antara pemimpin, pengurus organisasi dan anggota kelompok menghasilkan suatu kolaborasi yang sangat besar dalam mewujudkan tujuan kelompok tersebut, hingga gaya kepemimpinnya dapat lebuh codnong ke gaya kepemimpinan yang assertif.      
            Selain itu, bisa juga teman saya tersebut lebih condong untuk melaksanakan gaya yang otokratis dalam memimpin, seperti halnya ia lebih sering memerintah dan apa yang diperintahkan kepada anggota kelompok maupun organisasi harus terlaksanakan. Inilah yang menjadi ketergantungan pemimpin terhadap sikapnya yang juga mempengaruhi cara pemimpin tersbeut memimpin suatu kelompok maupun organisasi.  
            Kemudian, di titik lain, pemakalah mengambil kesimpulan mengenai kepribadian pemimpin  yang dijadikan sebagai objek dalam observasi tersebut. Kepemimpinan yang dijalankan oleh Ulul Al-Bab mengenai latihan kepanduan bisa dilihat dari sifat si pemimpin dalam memimpin organisasi tersebut. Dalam kepribadian, kita mengetahui bahwasanya ada 4 tipe kepribadian yang dimiliki manusia, antara lain koleris, sanguinis, melankolis dan plegmatis. Sifat dan kepribadian ini mencerminkan bagaimana kepribadian dari seseorang, apalagi untuk seorang pemimpin.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari individu tersebut dapat dikatakan bahwa ia mempunyai ciri kepribadian yang sanguinis, melihat bahwa ia sangat aktif dalam memberikan inspirasi dan berantusias tinggi, suka bergaul dan mengutamakan kebersamaan dalam segala hal, senang membantu, dan inspirasional. Selain itu, sifatnya yang suka memberikan motivasi dan juga aktif serta bertanggung jawab dalam setiap penugasan yang ada lebih menunjukkan ke sifat sanguinis. Kepribadian yang menjadi ciri utama dalam memimpin merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan amanah yang ia emban dalam kepemimpinannya. Pemimpin sepertinya merupakan contoh, dan juga harus langsung terjun ke lapangan, serta melihat langsung apa yang ada di lapangan, tentunya dengan sifat sanguinis yang ia emban untuk dalam mewujudkan dalam hal-hal yang berkenaan dengan sifat sanguinis tersebut.
Sifat yang ada di dalam individu tersebut sungguh bisa dalam menjalankan kepemimpinannya, tergantung bagaimana ia melakukan dan melaksanakan amanah yang ia jalankan, dan tentunya terpengaruh oleh kepribadiannya. Kepribadian sang individu tersebut (Ulul Al-Bab), selain sanguinis, juga sedikit condong kepada arah yang koleris, yang sedikit demi sedikit mengarah kepada arah yang otoristik. Pemberian penugasan kepada anggota kelompok maupun organisasi kadang memancing emosi dari si pengajar bersifat tegas dan memberikan sebuah penugasan setiap pekerjaan yang ia kerjakan membawa ke arah yang di mana ia tidak dapat mengendalikan dirinya, hingga dapat disimpulkan bahwa ia termasuk pribadi yang sanguinis, dan tidak lepas dari sifatnya yang koleris. Sifat yang agak berujung ke koleris inilah yang harus dibenahi demi kelancaran sebuah komunikasi yang baik dan assertif.               
Penutup
            Setelah penjelasan mengenai kepemimpinan, komunikasi interpersonal dan kepribadian diatas tadi, kita mengetahui bahwa dalam kehidupan ini manusia dituntut melakukan hubungan yang baik dalam perwujudan komunikai yang baik dan assertif kepada sesamanya. Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya, karena membutuhkan pertolongan orang lain dalam menjalankan segala aktifitas dan rutinitasnya. Aktifitas dan rutinitas tersebut dalam kehidupan manusia juga bermacam-macam, ada yang berbentuk komunitas maupun kelompok-kelompok yang diusahakan terciptanya komunikasi yang efektif dan assertif. Ini diwujudkan dalam bentuk kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan juga mempunyai karakteristik yang khas dan gayanya tersendiri, tergantung bagaimana pemimpin tersebut menjadi pengemban dalam menjalankan kepemimpinan tersebut.
           
Ada lima gaya kepemimpinan yang dijelaskan tadi, sesuai dengan buku “Islamic Leadership” karya Prof. Veitzhall Rivai. Gaya kepemimpinan tersebut yaitu Birokratis, Permisif, Laissez-faire, Partisipatif, dan Otokratis. Sedangkan gaya kepemimpinan yang cocok dengan individu yang telah dijadikan objek diatas dalam hal pendidikan kepanduan, ia sangat cocok dengan kategori kepemimpinan yang partisipatif, tapi agak condong juga ke arah yang otokratis. Dalam kepribadiannya sendiri, kita bisa menilai bahwa ia dapat kita nilai dengan sifat yang lebih condong ke arah sangunis, meskipun juga sedikit lebih mengarah kepada sifat yang cenderung koleris. Sifat yang sanguinis membuat ia melakukan hal yang penuh inspirasi dan tanpa adanya kebobolan ide. Setiap ide dan inovasi yang ia lakukan non-stop dan partispasinya kepada anggota kelompok maupun organisasi dapat dikatakan baik. Akan tetapi, berbarengan dengan itu pula, sifat yang condong ke arah koleris, juga mempengaruhi sifatnya yang juga sangat signifikan dan sewaktu-waktu dapat membuat emosinya memuncak dan bertindak layaknya pemimpin yang otoriter. Sifat yang cenderung otoriter tersebut juga acapkali membuatnya agak sedikit tegas dan meluapkan emosi dengan kemarahan. Di sisi lain, sifat yang otokratis dan partisipatif ini sebenarnya tidak sebanding. Pemakalah dapat mengambil kesimpulan bahwa sifat sanguinis yang dimiliki oleh individu tersebut sampai pada 80%, dan sifat yang cenderung koleris hanya 20%. Ini membuktikan bahwa kepemimpinannya lebih dominan ke arah saunginis, dan hanya sedikit yang mengarah ke koleris.
Dari kesimpulan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam mendidik atau memimpin sesuatu harus sesuai dengan karakter kita sebaagai pemimpin, maaukah kita menyesuaikan diri dan membuat diri kita senyaman mungkin? Bisakah kita bertangggung jawab dan mengemban amanah yang tekah ummah atau masyarakat berikan kepada kita?, itu semua tugas dan kewajiban kita masing-masing. Semoga Allah SWT selalu menaungi kita dan para pemimpin yang memimpin negeri ini, Amin.          


Referensi
Kepemimpinan Menurut Islam”, Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Gadjah Mada University Press, 2001, Yogyakarta.
Bekal Untuk  Pemimpin, Pengalaman Memimpin Gontor”, KH. Abdullah Syukri Zarkasyi,  Penerbit Trimurti Press, Cetakan Pertama, November 2011, Ponorogo.
Leadership, Memperkaya Pelajaran dari Pengalaman, Richard L Hughes, Robert C Ginnet, Gordon J. Curphy, Salemba Humanika, 2012, Jakarta.
Islamic Leadership, membangun SuperLeadership melalui Kecerdasan Spiritual, Prof. Dr. H, Veitzhal Rivai, M.B.A dan Ir. H Arfiyan Arifin, Penerbit Bumi Aksara, 2009, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri

1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, ...