Studi
Analisis terhadap perilaku Kepemimpinan
Pendahuluan
Dalam menjalankan roda kehidupan, manusia melakukan berbagai hal
dalam menjalin hubungannya dengan orang lain. Manusia juga melakukan hubungan
sosial antar samanya karena mereka merupakan makhluk sosial, yang hidup sebagai
makhluk sosial. Manusia pun tidak bisa menjalankan kehidupannya tanpa
berinteraksi dengan orang lain, karena mereka pasti membutuhkan pertolongan
orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Dalam berinteraksi, dikenal dengan
namanya keterampilan interpersonal, yang merupakan komponen penting dalam
berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan interpersonal juga merupakan salah
satu aspek penting yang digunakan manusia dalam dunia kerja maupun
berorganisasi. Dalam menjalankan kehidupan yang semakin maju seperti sekarang
ini, setiap individu manusia harus membutuhkan kecakapan-kecakapan yang dapat
menunjang kehidupannya, baik dalam dunia karir maupun dalam kehidupan
berorganisasi. Apabila ia tidak memenuhi hal tersebut, maka kompetisi dalam dunia
kerja yang begitu dinamis akan terus menyingkirkan mereka yang tidak mempunyai
keterampilan interpersonal skill dan dikuasai oleh mereka yang mempunyai
keterampilan interpersonal skill yang lebih baik dan mapan. Oleh karena itu
keterampilan interpersonal skill sangat penting untuk dimiliki oleh kita semua,
apalagi yang mempunyai peran akademisi seperti kita yang sering turun dan
berperan aktif dalam berorganisasi.
Bicara mengenai organisasi, organisasi apapun itu pasti mempunyai
pemimpin yang memegang pernan tertinggi di dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan
merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki seseorang dalam mengembangkan
karirnya, karena tanpa kepemimpinan, tidak ada kesuksesan yang dapat
diraih. Baik dalam berorganisasi atau
dalam melakukan urusan yang khusus dalam
mengembangkan amanat yang mereka pegang. Akademisi maupun praktisi pun
demikian, yang dimana kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting untuk
menunjung karirnya. Setiap orang yang ada di dunia ini butuh dengan sifat
kepemimpinan, yang di mana sifat kemimpinan tersebut harus dimiliki oleh
seorang pemimpin sehingga dapat memimpin rakyat atau masyarakat yang memberikan
amanat kepadanya. Dalam kehidupan bernegara, berbangsa maupun beragama,
pemimpin harus hadir di setiap permasalahan yang ada dan harus bisa mengatur
keberagaman yang ada di dalamnya, dan inilah yang harus menuntut para pemimpin
untuk mengatur kehidupan dalam organisasi yang dipimpinnya. Setiap masalah yang
ada, juga ditimbulkan dalam setiap dinamika kehiudapn dalam kelompok akan
membuat pemimpin itu mencari cara dan strategi dalam menyelesaikan masalah yang
ada.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Ketrampilan Interpersonal
Skill?
2.
Apa Itu Kepemimpinan? Apa itu
karakteristik Kepemimpinan?
3.
Apa korelasi Kepemimpinan dan Ketrampilan
Interpersonal Skill?
4.
Analisis terhadap individu mengenai
sifat kepemimpinan.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian Interpersonal
Skill.
2.
Dapat memberikan pengertian
Kepemimpinan dan Karakteristiknya.
3.
Dapat mengetahui korelasi antara kepemimpinan
dan Interpersonal Skill.
4.
Dapat memberikan Analisa yang tepat
terhadap individu mengenai Sifat Kepemimpinan.
Pembahasan
A.
Pengertian
Interpersonal Skill
Hubungan Interpersonal Skill merupakan salah satu kecakapan yang
harus dimiliki manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Interpersonal
Skill juga sebuah skill atau kecakapan keterampilan yang di mana keterampilan
tersebut menjadi penunjang kita dalam berorganisasi maupun berkelompok, bahkan
dalam dunia kerja. Karena dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia,
kecakapan ini hadir sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam melihat
kecakapan individu ataupun seseorang yang ingin terjun di dunia kerja maupun
dunia organisasi. Interpersonal skill juga kecakapan atau keterampilan yang
dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, baik dalam
berkomunikasi verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk pengembangan kerja
secara optimal. Keterampilan Interpersonal didefinisikan sebagai keterampilan
untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku,
motivasi serta keinginan orang lain. Bagaimana diri kita membangun hubungan
yang harmonis dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari
keterampilan interpersonal.
Mengapa perlu keterampilan interpersonal? Dalam kehidupan
keseharian kita, hampir tidak mungkin kita berinteraksi dengan sesama kawan kita,
dan bahkan siapa saja yang berlalu lalang di sekitar kita. Ini merupakan hukum
alam bahwa manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia harus hidup bersama
dengan manusia lainnya. Dalam skema hidup bersama ini muncul kebutuhan untuk
memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah komunikasi antara manusia, sehingga
keberadaan interpersonal skill hadir sebagai salah satu aspek terpenting dalam
menjalankan hubungan interaksi satu individu lainnya.
B.
Pengertian
Kepemimpinan dan Karakteristiknya
Memimpin berarti mengepalai atau mengetuai, memegang, menuntun, membimbing,
bisa juga melatih. Kepemimpinan dalam KBBI berarti perihal pemimpin atau cara
kepemimpinan. Sedangkan pemimpin mempunyai arti orang yang memimpin. Jadi
seorang pemimpin adalah seseorang yang mengepalai atau mengetuai suatu hal
dalam suatu perkumpulan atau pun kelompok, baik itu keluarga, organisasi,
institusi, dan lain sebagainya. Dalam bahasa Inggris, pemimpin disebut dengan “Leader”. Sedangkan
kegiatannya disebut dengan kepemimpinan atau “Leadership”. Dalam Islam
sendiri, makna kepemimpinan diartikan sebagai khalifah yang pada makna dasarnya
pengganti atau wakil. Oleh karena itu, perkataan tersebut cendrung berkonotasi
sebagai pemimpin formal. Konotasi tersebut terlihat pada bidang-bidang yang
dijelajahi di dalam tugas pokoknya, yang menyentuh tidak saja aspek-aspek
kehidupan beragama saja, melainkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
baik itu dalam memimpin politik atau duduk di pemerintahan, serta berorganisasi
di wilayah-wilayah akademisi seperti sekolah dan universitas.
Menurut Professor Veitthzal Rivai dalam bukunya “Islamic Leadership”,
bahwa pemimpin adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban
dilaksanakan dalam suatu organisasi. Seseorang yang yang secara resmi diangkat menjadi suatu
kepala suatu group atau kelompok bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak
berfungsi sebagai pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang unik dan
tidak diwariskan secara otomatis, akan tetapi untuk menjadi seorang pemimpin
haruslah memilki karateristik tertentu yang timbul pada situasi-siatuasi yang
berbeda. Jika kita menjadi pemimpin, kita harus mempunyai keterampilan khusus
dalam menjalankan berbagai rutinitas yang ada di kelompok yang kita bina dan di
dalam organisasi kita aktif di dalamnya. Menjadi pemimpin itu tidaklah mudah,
karena menjadi seroang yang memberikan contoh lebih sulit daripada hanya
menjadi seorang yang hanya memerintah dan hanya memberikan penugasan saja.
Menurut H. Hadari Nawawi, bahwa ada beberapa konsep yang timbul dalam membuat
karakteristik khusus dalam kepemimpinan, baik itu dalam pergaulan dan sosialisasi
kepada masyarakat. antara lain; yaitu,
a). Mencintai
kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
Seseorang pemimpin yang mencintai kebenaran, akan menjadi pemimpin
yang kepribadiannya untuk mencintai keadilan. Dalam kepribadian seseorang
pemimpin yang seperti itu, maka akan menghasilkan pemimpin yang jujur. Dalam
Islam, pemimpin harus taat kepada kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
Apabila 2 hal ini dilakukannya, maka tidak seharusnya ia takut kepada manusia,
selagi ia masih benar dan mempunyai jalan yang sesuai dengan ajaran yang
diperintahkan oleh Allah SWT.
b). Dapat
dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain.
Kepercayaan itu sangatlah penting. Jika pemimpin selalu berusaha
untuk mempercayai orang lain, maka secara tidak langsung dia akan dipercayai
orang disekitarnya. Setelah timbulnya kepercayaan tersebut, maka anggota
kelompok ataupun organisasi memberikan kesempatan kepada pemimpin untuk menghayati
perasaaan, pemikiran, aspirasi dan keluhan-keluhan yang berkembang di anggota
kelompoknya. Jadi tidak hanya sebatas memerintah saja, melainkan harus
mempercayai segala apa yang dikerjakan oleh anggota kelompoknya.
c). Memiliki
kemampuan dalam bidangnya dan berpandangan luas yang didasari kecerdasan
(intelegensi) yang memadai.
Kemampuan intelegensi itu juga penting. Seorang pemimpin tidak
hanya memiliki kemampuan kepemimpinan, di samping itu pemimpin harus mengetahui
juga seluk beluk bidang yang dikelola organisasi dan kelompok yang ia geluti di
dalamnya. Maka dibutuhkan yang namanya kecerdasan atau intelegensi dalam
mengetahui atau menguasai semua permasalahan yang ada di kelompok yang ia
pimpin.
d). Pandai bergaul,
ramah tamah, suka menolong dan memberi petunjuk serta terbuka untuk orang lain
dan aktif di lingkungan sekitar.
Sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh sang pemimpin harus memiliki kepribadian yang senang bergaul,
ramah tamah dan suka menolong, karena pemimpin tidak mungkin mengelola sebuah
organisasi tanpa adanya sikap ramah tamah dan pandai bergaul. Kalau pemimpin
hanya mempunyai sifat dan temperamen yang keras, serta jarang untuk bergaul,
maka rasa kepercayaan anggota kelompooknya bisa jadi akan berkurang
terhadapnya.
e). Memiliki semangat untuk maju, semangat pengabdian dan
kesetiakawanan, serta kreatif dan penuh inisiatif.
Seorang pemimpin harus menjadi salah satu seorang yang mempunyai
banyak ide dalam mengembangkan suatu ide yang ada di dalam idenya. Pemimpin
tidak harus kehilangan ide, melainkan jiwa inovatif yang dimiliki pemimpin
harus ada dan pada akhirnya akan membuat ide-ide cadangan dalam melanjutkan
misi dan strategi selanjutnya. Ide-ide cadangan yang dimiliki seorang pemimpin
merupakan salah satu strategi kedua setelah suatu organisasi kehabisan ide atau
cara dalam menyelesaikan suatu masalah.
f). Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan konsekuen
berdisiplin serta bijaksana dalam melaksanakannya.
Karena pemimpin merupakan sang promotor atau penggerak dalam suatu
organisasi, maka pemimpin butuh keberanian dan dengan segala tanggung jawab
yang ada, pemimpin harus konsekuen dalam memberikan keputusan. Menjadi seorang
yang penuh tanggung jawab tidaklah mudah, melainkan sesuatu yang rumit. Maka
dari itu, pemimpin harus belajar sedikit demi sedikit mengenai arti sebuah
tanggung jawab. Tanggung jawab dapat memberikan kesan yang baik bagi pemimpin
tersebut, karena tanggung jawab merupakan salah satu aspek terpenting dalam
menimbulkan kepercayaan kepada pemimpin.
g). Aktif dalam memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
Kesehatan jasmani dan rohani sangat penting dan besar pengaruhnya
terhadap usaha mewujudkan kepemimpinan yang efektif. Maka kesehatan jasmani dan
rohani sangat mutlak diperlukan bagi seorang pemimpin. Mana mungkin bisa
memimpin dalam keadaan yang sakit, sedangkan dibutuhkan tenaga yang lebih dalam
memimpin suatu organisasi. Ada sebuah pepaatah arab ang mengatakan bahwasanya
“Akal yang sehat terdapat pada raga yang kuat”. Peribahasa ini mengandung makna
bahwa menjadi seorang yang sehat jasmani dan rohani menjadi syarat terpenting
dalam melahirkan ide-ide yang kuat pula. Ide-ide yang cerdas dan baik akan
lahir dari pribadi yang sehat, tanpa penderitan rasa sakit, dan aktif dalam
bekerja maupun berpikir secara intelektual, hingga legitimasi anggota kepada pemimpin
akan bertambah seiring ide dan pemikiran pemimpin yang penuh inovatif.
C.
Korelasi Kepemimpinan
dan Interpersonal Skill
Menjadi pemimpin merupakan hal yang sangat luar biasa, karena didalamnya
kita belajar untuk bagaimana menilai dan juga mengorganisir suatu organisasi
yang kita miliki. Menjadi pemimpin pun memang hal yang luar biasa, disamping
ada beberapa tantangan yang harus dihadapi ketika menjadi seorang pemimpin.
Kemampuan untuk menjadi pemimpin tidak hanya sebatas menyuruh dan memberikan
penugasan begitu saja, melainkan komunikasi antara pemimpin dan anggotanya juga
sangat mendukung perwujudan suksesnya sebuah tujuan kelompok dan organisasi.
Maka sangat bisa dikatakan bahwa kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan
komunikasi interpersonal. Pemimpin yang baik dan mampu bertanggung jawab
merupakan salah satu usahanya untuk meningkatkan kepercayaan anggota kepada
pemimpin, dan usaha dalam meningkatkan kemampuan interpersonal skill sangatlah
membantu pemimpin dalam mewujudkannya, hingga terciptalah hubungan yang baik
antara pemimpin dan anggotanya.
Apa saja korelasi antara kepemimpinan dan hubungan interpersonal
skill? Apakah hal tersebut menjadi salah satu faktor kesuksesan pemimpin dalam
menciptakan hasil yang baik di organisasi dan kelompok? Jika kita menitik
kembali apa yang ada dimaksud dengan interpersonal skill dan proses
kepemimpinan, maka korelasi antara keduanya sangatlah erat, karena dalam hal
kelompok, komunikasi dua arah yang disampaikan terjadi antara satu individu ke
individu yang lain, hingga melibatkan kedua invidu tersebut dalam komunikasi yang
aktif. Bahkan dalam hal komunikasi, komunikasi yang assertif akan diwujudkan
oleh dua individu yang bersama-sama berkomunikasi yang baik. Pemimpin pun
demikian, apabila ingin menciptakan komunikasi yang baik antara pemimpin dan
anggota dalam kelompok, maka pemimpin harus menciptakan komunikasi yang
assertif pula, dengan menciptakan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggotanya
kelompok maupun organisasinya.
Interpersonal dan kepemimpinan juga menjadikan individu sebagai
subjek dalam hubungan sosial dan kemasyarakatan. Kepemimpinan yang dimiliki
seorang pemimpin harus sesuai dengan
kepribadian dan tujuan anggota kelompoknya. Maka dari itu, pemimpin harus
mengerti semua watak dan sifat-sifat anggotanya. Mengenai watak dan temperamen
yang dimiliki oleh seorang pemimpin, maka sebagai pemimpin yang sering mengawal
anggota-anggota kelompoknya, maka pemimpin harus bisa menjadikan watak yang ia
pelajari terhadap sebelumnya harus disesuaikan dengan penugasan-penugasan yang
kemudian ia berikan kepada anggota-anggotanya. Jika memiliki keterampilan
interpersonal yang tinggi, maka dapat menumbuhkan rasa percaya diri, mendapatkan
penghargaan dan, membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain, sehingga
jika pemimpin sampai pada tingkat ini, maka legitimasi dan kepercayaan anggota
kelompok atau organisasi akan semakin bertambah dan meningkat kepada
pemimpinnya.
D.
Analisis
terhadap individu mengenai sifat kepemimpinan.
Dalam hal ini, pemakalah akan
melakukan sebuah analisa terhadap individu mengenai sifat kepemimpinan.
Kepemimpinan yang dimilki seseorang bisa dinilai dari mana ia bisa melakukan
berbagai
hal
yang membuatnya bisa memimpin suatu kelompok atau organisasi. Pemakalah
melakukan wawancara dan mengajukan beberapa soal dan jawaban yang kemudian jawaban
tersebut diberikan dari individu yang dijadikan sebagai sasaran dalam analisa
kepemimpinan. Berikut adalah Kuisioner dan beberapa pertanyaan yang diajukan
kepada subjek yang diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada subjek yang ingin
diteliti dan akan dijawab dengan jawaban yang sejujurnya, hingga pertanyaan
yang dijawab akan mencerminkan kepemimpinannya terhadap organisasi yang ia
pimpin. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan pada salah satu teori dalam
interpersonal skill, yaitu bagaimana kita menjadi salah satu individu belajar
mendengarkan orang lain dalam mengamalkan sebuah interaksi antar sesama, atau
disebut juga hubungan interpersonal skill. Hubungan yang sama antara interpersonal
skill dan kepemimpinan dapat dijelaskan di bab selanjutnya, yaitu berisi
jawaban sang individu, dan juga akan disangkut pautkan dengan kepribadian.
Setelah memberikan pertanyaan kepada individu tersebut, maka pemakalah sebagai
observer akan mengolah memberikan jawaban yang telah diberikan.
S: Siapa nama lengkap Anda?
J: Nama
lengkap saya adalah Muhammad Ulul Al-Bab, Saya berasal dari Surabaya dan
Mahasiswa semester 3 Hubungan Internasional di Kampus Siman Universitas
Darussalam Gontor.
S: Bentuk organisasi macam apakah yang anda pimpin?
J: Organisasi
yang saya pimpin adalah Gerakan Pramuka, yang dimana gerakan Pramuka atau
kepanduan tersebut di Universitas Darussalam dinaungi oleh gerakan Pramuka
Al-Farobi. Berlokasi di SDN 2 Suran, Mlarak, Ponorogo. Di dalamnya ada
anak-anak Sekolah Dasar yang harus diajar Kepanduan, dan di sisi lain,
organisasi Kepanduan yang saya pimpin dan kawan-kawan saya sebagai pengurus.
S: Apa
yang menjadi motivasi anda dalam memimpin suatu organisasi?
J: Yang
menjadi salah satu motivasi saat memimpin adalah saya dapat belajar cara
memimpin suatu organisasi, kemudian mendapatkan pengalaman baru dan belajar
untuk menjadi pemimpin. Ketika menjadi seorang pemimpin di organisasi tersebut,
saya belajar untuk bagaimana dengan kepemimpinan itu sendiri, tidak hanya
memimpin, melainkan dipimpin juga. Saya juga mendapatkan pengalaman berharga
dan mengambil pelajaran yang sangat berguna bagi hidup saya kelak. Yang paling
penting adalah saya selalu mendapatkan pengalaman baru yang belum saya dapat
sebelumnya.
S: Berapa
hari yang anda habiskan dalam seminggu ketika memimpin gerakan Pramuka?
J: Waktu
yang saya habiskan dalam seminggu 3 kali pertemuan dengan para anggota didik. Dari
3 hari itu ada waktu yang saya harus hadir diantaranya 2 hari untuk melatih sehari
lagi untuk aktif di organisasi. 2 hari ini saya sempatkan untuk langsung terjun
ke dunia anak-anak dan mengajar pramuka. Beda lagi di sehari yang tadi, saya
memimpin organisasi pramuka dengan teman sendiri.
S: Apa
saja yang menjadi kendala bagi diri anda ketika menjadi pemimpin di organisasi
tersebut?
J:
Dalam memimpin suatu organisasi, pastinya kita menemukan kendala dan masalah
yang akan dihadapi. Masalah tersebut pasti datang silih berganti. Dalam
memimpin organisasi ini, terkadang saya juga mendapatkan masalah yang di mana
masalah tersebut menjadi cobaan tersendiri bagi saya. Jika organisasi yang saya
pimpin anak-anak kecil dalam mengajar, itu memang mudah, dikarenakan anak kecil
sangat mudah untuk dilatih dalam hal kepanduan, tinggal bagaimana kita memasuki
dunia mereka dan mengajak mereka untuk sering bermain dan belajar. Akan tetapi,
kendala yang biasa saya temukan itu ketika memimpin organisasinya kepengurusan
pramukanya, yang dimana organisasi ini diorganisir oleh kawan sendiri. Kawan
saya juga biasanya sulit untuk menerima beberapa argumen yang kadang aku
lontarkan sepihak, akan tetapi disitu saya belajar untuk mendengarkan dan
memahami orang lain. Di sinilah menjadi cobaan tersendiri bagi saya untuk belajar
menjadi pemimpin yang paham akan sifat dan karakter teman sendiri.
S: Mengapa
anda memilih untuk memimpin gerakan Pramuka ini? Apakah ada paksaan, atau hanya
ikut-ikutan dan gengsi, atau memang keinginan diri sendiri?
J:
Saya memilih organisasi kepramukaan ini karena saya mempunyai latar belakang
dalam hal kepanduan. Dulu saya sangat hobi dalam latihan kepanduan, belajar
tentang hal-hal yang berkenaan dengan alam. Karena inilah, saya merasa untuk
mengamalkan ilmu saya kepada orang lain. Karena ilmu yang bermanfaat itu
bagaimana kita mengajarkan dan mengamalkannya
kepada orang lain.
Dalam
hal paksaan, memang pada awalnya pasti ada paksaan. Akan tetapi paksaan itulah
yang menjadi batu loncatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya,
kalau tidak dipaksa, mana mungkin kita mau untuk mengurusnya. Dari paksaan
tersebut kita belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan seluruh tuga yang
diberikan kepada kita. Berawal dari paksaan kita akan terbiasa. Kalau kita
sudah terbiasa, maka tidak ada yang namanya paksaan lagi.
S: Berapa
macam inovasi yang dapat anda ciptakan ketika memimpin suatu organisasi?
J:
Setiap urusan dan kegiatan yang saya emban, pasti saya selalu memasang target
dan tujuan yang harus saya capai. Tujuan dan target yang sudah saya rencanakan
sebelumnya, juga akan membuahkan inovasi-inovasi yang akan menemani jalannya
tujuan yang akan dicapai. Dan apabila inovasi yang telah saya rencanakan atau
ide yang saya buat sudah diambil oleh orang lain, maka tidak apa-apa. Pada
kondisi itu, why not? Kenapa tidak? Pada waktu itu bagaimana saya
berkolaborasi dengan teman saya untuk menciptakan hal tersebut lebih indah.
S: Ketika
anda mengorganisir suatu kegiatan atau acara, pasti ada beberapa keluhan yang
datang dari anak didik, bagaimana anda menyikapinya?
J:
Kita tahu bersama, kalau psikologi anak-anak kecil itu beda dengan orang dewasa
pada umumnya. Anak kecil mudah menangis, bahkan jika kita menganggap mereka
main-main, mereka menganggap kita serius. Kadang kita serius, malah mereka yang
main-main. Ini sudah hal yang wajar jika kita memang terjun di dunia anak-anak.
Terkadang anak-anak yang kita bimbing mengecewakan kita dengan beberapa
keusilan yang mereka kerjakan. Justru itu, saya sendiri harus selalu semangat
dalam hal ini, karena dalam mengurus anak-anak yang berbeda pandangan dengan
diri kita, maka kita akan belajar mengenai psikologi anak itu sendiri. Maksud
saya di sini, kita biarkan mereka bebas dan terikat. Maksudnya apa, kita
biarkan mereka lakukan apa yang mereka mau lakukan, akan tetapi mereka tetap
terikat dengan kita.
S: Apakah
anda orang yang bertanggung jawab? Kalau iya, bisa sebutkan salah satu bentuk
tanggung jawab anda selama anda memimpin?
J:
Contohnya saya pernah sukses memimpin lomba yang diadakan untuk sekolah dasar
mengenai kepanduan. Lomba yang saya pegang membuahkan hasil dan itu sukses.
Kalau saya mengemban suatu tugas untuk mengurus suatu lomba, maka saya akan all
out di lomba tersebut, karena itu merupakan lomba yang sudah menjadi
tanggung jawab saya. Akan tetapi, halangan dan rintangan juga pernah saya
temukan dalam memimpin suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawab saya. Tapi
juga terkadang itu gagal dan itu tidak membuahkan hasil, dan juga manusia
memaang khilaf. Disamping itu saya terus bangkit dan memberikan motivasi lagi
kepada anak-anak, bagaimana agar diberikan hasil yang terbaik.
S: Apa
strategi anda dalam menjalankan setiap kegiatan yang bisa membat anak didik
anda selalu semangat dan tanpa adanya rasanya mengeluh?
J:
Setiap pemimpin pasti mempunyai cara tersendiri dan gaya yang khas dalam
memimpin. Saya pribadi lebih senang itu kalau benar-benar terjun ke dunia
anak-anak secara langsung. Kadang juga dibutuhkan yang namanya kebersamaan
dalam memimpin, karena seorang pemimpin harus dekat dengan dengan murid
didiknya. Disamping itu, saya juga pernah agak tegas dalam memimpin, karena
kewalahan tersendiri melihat sikap dan karakter anak-anak yang susah untuk
diajak bermain. Maka bisa saya pastikan, saya terkadang agak keras dan sangat
tegas dengan sikap anak-anak yang seperti itu. Akan tetapi itu tidak menghambat
saya untuk tetap semangat dalam mendidik anak-anak secara terus menerus. Sifat
kebersamaan yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak didik berusaha membuat
mereka merasa senang dengan apa yang diberikan pengajar kepada muridnya. Gaya
kepemimpinan saya sendiri bisa dikatakan ada dua hal, yaitu terbuka dan sering
bekerja sama, serta otoriter, yang sukanya memerintah dan memberikan penugasan
yang terkadang mmbuat saya stress dan juga eribg mengalami konflik, baik itu
konflik lahir, seperti konflik bersama kawan yang lain, serta konflik batin,
yaitu bagaimana menangani rasa stress itu sendiri.
Berikut telah dituliskan hasil wawancara bersama salah satu pemimpin,
meskipun ia juga teman saya, yang juga menceritakan pengalaman memimpinnya
kepada saya pribadi. Kepemimpinan yang selama ini ia pegang merupakan salah
satu kesuksesan tersendiri baginya, disamping adanya cobaan bagi dirinya.
Kepemimpinan yang ia emban tentu beda dengan apa yang dijalankan oleh pemimpin
yang lebih mencakup besar lagi, seperti mengemban amanat yang dijalankan
terhadap umat, contoh Presiden, Wakil Presiden, menteri, kepala Desa, Alim
‘Ulama dan lain-lain. Akan tetapi, setiap kepemimpinan yang dijalankan
seseorang pasti tentnya memiliki gaya tersendiri, karena gaya kepemimpinan
seseorang itu mencakup bagaimana ia bertindak dalam organisasi, maka cara
termudah untuk mengetahui berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis
organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya
tertentu.
Dalam buku “Islamic Leadership” karya Professor Veitzhall Rivai,
bahwa ada lima macam kepemimpinan menurut cara kerja pemimpinnya dalam
orgnisasi.
a). Birokratis. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan
keterikatan yang terus menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini
mengaggap bahwa kesulitan-kesulotan akan dapat diatasi apabila setiap orang
mematuhi aturan-aturan. Keputusan-keputusan yang ada dibuat berdasarkan
prosedur-prosedur baku yang telah ditetapkan oleh organisasi.
b). Permisif. Di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok
tersebut puas. Membuat orang-orang untuk selalu semangat terhadap aturan main
yang sudah ada. Dalam hal ini koordinasi antara satu individu kepada individu
yang lain terkadang menjadi satu hal yang dikorbankan, sehingga apabila orang
lain telah merasa senang dengan aturan main yang telah ada maka dari itu,
fungsi organisasi tersebut akan jalan sebagaimana mestinya.
c). Laissez-faire. Dalam hal ini, pemimpin hanya berjalan untuk menjalankan fungsinya
sebagai pemeliharaan saja. Misalnya, seorang ‘Ulama mungkin hanya namanya saja
ketua dari organisasi tersebut dan hanya mengurusi masalah khutbah saja,
sementara yang lainnya mengerjakan segala hal mengenai bagaimana organisasi
tersebut harus berjalan dan beroperasi bagaimana mestinya. Gaya ini kadang
dipakai olah pemimpin yang sering bepergian atau hanya bertuga sementara.
d). Partisipatif. Gaya ini lebih condong untuk melibatkan beberapa orang dan saling
memotivasi dalam melibatkan orang tersebut dalam pengambilan sebuah keputusan.
Keputusan yang dikeluarkan oleh pemimpin tersebut membuat partisipasi yang
solid antara anggota dan para pemimpin dalam menjalankan segala aktifitas yang
organisasi. Hal ini diharapkan akan menimbulkan rasa memilki sasaran dan tujuan
bersama.
e). Otokratis. Gaya ini ditandai dengan
adanya sikap ketergantunagn kepada yang berwenang dan biasanya menganggap bahwa
orang-orang tidak akan melakukan apa-apa selain apa yang telah diperintahkan.
Gaya ini mendorong adanya pembaruan. Pemimpin mengaggap dirinya sangat
diperlukan dan keputusan dapat dibuat dengan cepat.
Gaya kepemimpinan yang telah disebutkan diatas tadi merupakan salah
contoh bahwa ketika menjadi pemimpin, ada 5 hal yang menjadi gaya kepemimpinan
tersebut diimplementasikan dan dipraktekkan kepada para anggota kelompok maupun
organisasi. Jika kita melihat dengan apa yang terjadi dengan kepemimpinan teman
saya dalam hal kepanduan, maka dapat dilihat dari segi kepemimpinan yang
partisipatif, yaitu dalam menjalan kepanduan, sangat pemimpin lebih mengajak
partisipasi yang lebih kepada para anggota organisasi, sehingga yang
dikeluarkan pemimpin tersebut berupa keputusan dapat dilaksanakan atas hasil
musyawarah bersama dan juga hasil keikutsertaan anggota dalam menjalankan
organisasi tersebut. Memang, dalam menjalankannya tidaklah mudah, dikarenakan
anggota kelompok terdiri dari anak-anak yang masih dibawah umur dari kita. Akan
tetapi, partisipasi dari pengurus yang lain merupakan hal yang juga sangat
penting, hingga partisipasi antara pemimpin, pengurus organisasi dan anggota
kelompok menghasilkan suatu kolaborasi yang sangat besar dalam mewujudkan
tujuan kelompok tersebut, hingga gaya kepemimpinnya dapat lebuh codnong ke gaya
kepemimpinan yang assertif.
Selain itu, bisa juga teman saya
tersebut lebih condong untuk melaksanakan gaya yang otokratis dalam memimpin,
seperti halnya ia lebih sering memerintah dan apa yang diperintahkan kepada
anggota kelompok maupun organisasi harus terlaksanakan. Inilah yang menjadi
ketergantungan pemimpin terhadap sikapnya yang juga mempengaruhi cara pemimpin
tersbeut memimpin suatu kelompok maupun organisasi.
Kemudian, di titik lain, pemakalah
mengambil kesimpulan mengenai kepribadian pemimpin yang dijadikan sebagai objek dalam observasi
tersebut. Kepemimpinan yang dijalankan oleh Ulul Al-Bab mengenai latihan kepanduan
bisa dilihat dari sifat si pemimpin dalam memimpin organisasi tersebut. Dalam
kepribadian, kita mengetahui bahwasanya ada 4 tipe kepribadian yang dimiliki
manusia, antara lain koleris, sanguinis, melankolis dan plegmatis. Sifat dan
kepribadian ini mencerminkan bagaimana kepribadian dari seseorang, apalagi
untuk seorang pemimpin.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari individu tersebut dapat
dikatakan bahwa ia mempunyai ciri kepribadian yang sanguinis, melihat bahwa ia
sangat aktif dalam memberikan inspirasi dan berantusias tinggi, suka bergaul
dan mengutamakan kebersamaan dalam segala hal, senang membantu, dan inspirasional.
Selain itu, sifatnya yang suka memberikan motivasi dan juga aktif serta
bertanggung jawab dalam setiap penugasan yang ada lebih menunjukkan ke sifat
sanguinis. Kepribadian yang menjadi ciri utama dalam memimpin merupakan hal
yang sangat penting dalam menjalankan amanah yang ia emban dalam
kepemimpinannya. Pemimpin sepertinya merupakan contoh, dan juga harus langsung
terjun ke lapangan, serta melihat langsung apa yang ada di lapangan, tentunya
dengan sifat sanguinis yang ia emban untuk dalam mewujudkan dalam hal-hal yang
berkenaan dengan sifat sanguinis tersebut.
Sifat yang ada di dalam individu tersebut sungguh bisa dalam menjalankan
kepemimpinannya, tergantung bagaimana ia melakukan dan melaksanakan amanah yang
ia jalankan, dan tentunya terpengaruh oleh kepribadiannya. Kepribadian sang
individu tersebut (Ulul Al-Bab), selain sanguinis, juga sedikit condong kepada
arah yang koleris, yang sedikit demi sedikit mengarah kepada arah yang
otoristik. Pemberian penugasan kepada anggota kelompok maupun organisasi kadang
memancing emosi dari si pengajar bersifat tegas dan memberikan sebuah penugasan
setiap pekerjaan yang ia kerjakan membawa ke arah yang di mana ia tidak dapat
mengendalikan dirinya, hingga dapat disimpulkan bahwa ia termasuk pribadi yang
sanguinis, dan tidak lepas dari sifatnya yang koleris. Sifat yang agak berujung
ke koleris inilah yang harus dibenahi demi kelancaran sebuah komunikasi yang
baik dan assertif.
Penutup
Setelah penjelasan mengenai
kepemimpinan, komunikasi interpersonal dan kepribadian diatas tadi, kita
mengetahui bahwa dalam kehidupan ini manusia dituntut melakukan hubungan yang
baik dalam perwujudan komunikai yang baik dan assertif kepada sesamanya.
Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri di dunia ini.
Manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya, karena membutuhkan pertolongan
orang lain dalam menjalankan segala aktifitas dan rutinitasnya. Aktifitas dan
rutinitas tersebut dalam kehidupan manusia juga bermacam-macam, ada yang berbentuk
komunitas maupun kelompok-kelompok yang diusahakan terciptanya komunikasi yang
efektif dan assertif. Ini diwujudkan dalam bentuk kepemimpinan dalam sebuah
organisasi. Kepemimpinan juga mempunyai karakteristik yang khas dan gayanya
tersendiri, tergantung bagaimana pemimpin tersebut menjadi pengemban dalam
menjalankan kepemimpinan tersebut.
Dari
kesimpulan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam mendidik atau
memimpin sesuatu harus sesuai dengan karakter kita sebaagai pemimpin, maaukah
kita menyesuaikan diri dan membuat diri kita senyaman mungkin? Bisakah kita
bertangggung jawab dan mengemban amanah yang tekah ummah atau masyarakat
berikan kepada kita?, itu semua tugas dan kewajiban kita masing-masing. Semoga
Allah SWT selalu menaungi kita dan para pemimpin yang memimpin negeri ini,
Amin.
Referensi
“Kepemimpinan
Menurut Islam”, Prof. Dr. H.
Hadari Nawawi, Gadjah Mada University Press, 2001, Yogyakarta.
“Bekal
Untuk Pemimpin, Pengalaman Memimpin
Gontor”, KH. Abdullah Syukri
Zarkasyi, Penerbit Trimurti Press, Cetakan
Pertama, November 2011, Ponorogo.
“Leadership,
Memperkaya Pelajaran dari Pengalaman”,
Richard L Hughes, Robert C Ginnet, Gordon J. Curphy, Salemba Humanika, 2012,
Jakarta.
“Islamic Leadership,
membangun SuperLeadership melalui Kecerdasan Spiritual”, Prof. Dr. H,
Veitzhal Rivai, M.B.A dan Ir. H Arfiyan Arifin, Penerbit Bumi Aksara, 2009,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar