Sabtu, 25 Agustus 2018

Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri


1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, Oktober 2017. 



Pendahuluan

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hello guys, apa kabar, Alhamdulillah pada sehat semua yah. Kita patut bersyukur pokoknya atas segala Nikmat yang Tuhan telah berikan ke kita. Intinya, banyak2 bersyukur, maka Tuhan akan menambah nikmat kita. Amin.

Berbicara mengenai kehidupan, yah ginilah kehidupan guys, kadang naik turun. Kadang kita diatas, melihat orang-orang sekitar kita yang sudah mencapai cita-citanya duluan, kita masih di bawah. Kadang kalau kita sudah diatas, banyak orang yang juga ingin mendapatkan posisi kita hingga hari ini. Tinggal bagaimana saja kita terus berbuat baik, saling berbagi dan terus menginspirasi dan memotivasi, agar hidup lebih bermakna dan mempunyai tujuan yang berarti. Hingga saatnya Tuhan memanggil, “Bro, Sist, waktunya sudah cukup, saatnya balik.” Insha Allah kita semua khusnul Khatimah. Amin.

Okay, pada kali ini gue akan berbagi mengenai pengalaman magang di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta Pusat. Magang ini sangat penting, karena selain di kampus juga hadir sebagai program prodi yang SKS nya ada 4 dan menjadi persyaratan menjadi sarjana, magang ini juga berarti kegiatan untuk memaksimalkan potensi kita sebagai anak bangsa yang cinta tanah air, serta civitas akademika yang haus akan ilmu demi masa depan bangsa. Maksudnya cinta tanah air bagaimana? Nah dalam hal ini, kita turut melaksanakan amanah undang2 dasar 1945 yaitu dalam rangka tetap berpartisipasi aktif dalam menegakkan perdamaian abadi dan menolak segala bentuk penjajahan yang ada di seluruh dunia. Dalam hal ini, kalau kalian merasa terpanggil sebagai pengisi kemerdekaan dan masih duduk di perguruan tinggi tingkat sarjana, sebaiknya magang di Kemenlu deh, atau di organisasi peemerintah manapun itu, sesuai dengan passion kalian, kalau di Kemlu itu agar bisa mengetahui dan melihat secara langsung bagaimana diplomasi itu berjalan, proses perjalanan pembuatan kebijakan dan solusi bagaimana dan apa saja peran Indonesia dengan politik luar negerinya di dunia internasional.

Perlu sepengetahan kalian, kemarin gue melaksanakan Program Magang di Direktorat Asia Selatan dan Tengah, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kalau menurut gue, magang ini tidak hanya sekedar menjalankan rutinitas sehari-hari saja di Kementerian Luar Negeri, akan tetapi juga berusaha untuk menciptakan rasa semangat dan jiwa survivor yang tinggi, karena juga mengasah diri agar bisa mengatur waktu dan pola hidup teratur, disiplin dan bertanggung jawab, sebelum terjun di dunia karir nantinya. Kalau kerja, apalagi dalam bidang kesekretariatan dan administratif sering lah ya gaes, kita temukan di dalam perkuliahan, apalagi kalau kayak kalian di Himpunan atau organisasi, itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi kalau manajemen waktu, dan juga latihan dalam pengembangan kapasitas diri, dalam hal ini mengasah kemampuan interpersonal skill dan komunikasi dengan para pejabat, diplomat, bahkan setara Wakil Menteri, gue kira di Kemenlu lah tempatnya. Di Kemenlu RI lah, gue mendapatkan banyak pengalaman hidup yang sungguh luar biasa, yang gue kira orang lain belum tentu mendapatkan apa yang gue telah raih. Maka dari itu tadi gaes, mari terus berbuat baik dan saling berbagi, agar energi positif yang kita dapatkan terus kita bagikan dan mampu menjadikan kita pribadi-pribadi yang bermanfaat di masyarakat sekitar kita.

Tahap Pertama: Meluruskan Niat dan Tujuan

Nah, dalam hal ini, gue kira kita semua harus mempunyai tujuan dan niat yang suci, jelas dan terarah. Dalam hal ini, sebelum mengadakan program magang, sebaiknya kita memperjelas dulu apa tujuan yang akan kita tempuh sebelum mendapatkan segala hal yang kita laksanakan, bahkan planning sebelum keberangkatan juga harus dipersiapkan ketika magang, entah naik kereta atau naik pesawat yang luar Jakarta, atau bahkan naik bus.

Arahkan niat dan tujuan semuanya Lillahi Ta’ala, demi Tuhan Semesta Alam. Apa yang kita lakukan adalah bentuk Jihad dalam Tholabul Ilmi. Kalau para Syuhada mereka Jihad di Medan Perang, kita juga melaksanakan Jihad Pendidikan, yang di mana pendidikan dan menuntut Ilmu di Universitas, atau bahkan di Kementerian adalah salah satu hal yang menopang keberhasilan kita di masa mendatang.

Jelaskan dulu niatnya nih, mau magang di mana. Misalnya, kalau gue mau magang di kementerian Luar Negeri RI. Kalian mau magang di beberapa kementerian, ada Kementerian Pertahanan, Kemenkeu, Kemkominfo, Kantor Staff Presiden, Kantor Sekretariat Kabinet dan lain sebagainya. Bisa juga di beberapa NGO atau Lembaga-lembaga di bawah PBB, ada UNDP, UNICEF, UNFCC atau bahkan kalau berminat di ICRC juga bisa. Nah, kalau kalian ada lebh banyak rejeki dan cukup tebal sakunya, silahkan untuk mengajukan proposal magang di Kantor Perwakilan, dalam hal ini KBRI atau KJRI yang ada di Luar Negeri. Intinya kalian mau, berusaha semakismal mungkin dan mengajukan proposal jauh-jauh hari sebelum kegiatan magang dilaksanakan. Misalnya gue mau magang di KBRI Madrid, gue mau magang di Kantor Staff Presiden, gue mau magang di PBB, UNICEF, UNFCC, Kemkominfo, Kemenkeu dsb dsb. Silahkan. Kalau niat kalian semua sudah pada jelas, dan arah serta tujuan lebih jelas pula, Insha Allah akan ada jalannya.

Gue pun dulu, dari Mahasiswa Baru di UNIDA Gontor sempat terpikir dan terngiang2 agar bisa magang di kementerian Luar Negeri RI. Soalnya dulu, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu RI yang dipimpin oleh Bu Dubes Siti Handayani (Sekarang Dubes di KBRI Roma, if I am not wrong) pernah datang ke kampus, mengadakan MoU dengan kampus UNIDA Gontor. Alhamdulillah terlaksana. Dan disitulah gue kemudian berpikir, bisa gak ya magang di kemenlu. Nah, di semester 5, Alhamdulillah kegiatan anak HI tahunan yang diwadahi dalam bentuk Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia atau FKMHII, membuat minat gue tertarik. Gue mendapatkan banyak sekali kenalan dari berbagai kampus yang ada di Indonesia, hingga komunikasi gak putus hingga hari ini. Ada acara tahunan yang dibungkus dalam PNMHII, atau Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia, ada juga Pertemuan Sela Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia, atau PSNMHII. Di sisi lain, karena dibagi-bagi menjadi korwil di setiaap pulau dan wilayah di Indonesia, UNIDA Gontor berhasil mencamtukan diri sebagai anggota aktif FKMHII pada tahun 2015 akhir kalau enggak salah, yang terletak di Korwil 6, yang terdiri dari kampus Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, UIN Surabaya, UMM Malang, UNEJ Jember, UNRAM Mataram dan UNUD Udayana Bali.

Tidak hanya itu sih, gue kira teman2 tidak masalah ikut keorganisasian apapun itu mereknya, logonya, wadahnya, dan tujuan serta arahnya. Yang penting dapat memaksimalkan potensi teman2 sekalian dalam menjalin relasi dan meningkatkan kapasitas sebagai mahasiswa yang doyan akan diskusi, berdebat, melaksanakan kajian dan lain sebagainya (terus yang penting organisasinya jangan yang melawan nilai Pancasila dan melawan NKRI hhe, ntar ditangkep) Intinya, perbanyak relasi dan komunikasi dengan orang yang ada di seluruh Indoensia, bahkan dunia. Sekarang ada website Kemlu, maksimalkan, ada social media, twitter, FB, Instagram, gunakan, untuk menjalin kolega seluruh Indonesia dan dunia. Jadi tidak hanya buat eksis saja ya guys, selfie dan wefie dan lain sebagainya, akan tetapi menjadi konsumen dan produsen dalam waktu yang bersamaan, dalam hal ini bagaimana agar kita sebagai generasi milenial atau jaman now (wkwk) mampu menggunakan berbagai macam platform tersebut untuk mampu menjalin relasi dan hubungan kemasyarakatan yang positif dan berguna bagi perkembangan diri kita.

Oh ya, FYI, beberapa program studi yang recommended untuk magang di kemlu nih, paling gengsi sih sebenrnya anak Hubungan Internasional, karena pelajaran mereka pasti sangat berkaitan banget dengan dinamika kerja Kemenlu. Asiik, HI jel. Haha pada kenyang teori sama studi HI. Makanya magang atau PKL, so bisa diimplementasikan di lapangan apa saja yang dipelajari. Alhamdulillah ya. Nah tidak hanya anak HI saja, bisa anak politik, sastra Inggris, Sastra Arab (bisa direktorat Timur Tengah), Teknik (bisa di direktorat Kerjasama Teknik), Public Relations, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Komunikasi, dan lain sebagainya. Kalian kalau anak pertanian, anak pariwisata ya bisa-bisa aja. Silahkan, asalkan passion kalian memang tertarik di Kemlu. Intinya, bisa dan suka bekerja di bawah tekanan atau underpressure dan tertarik untuk mengerjaka kesekretariatan dan administrasi, apalagi houngan kita dengan negara negara lain.

Funding

Nah, masalah pendanaan, tentunya dalam melaksanakan program magang sangat bersifat mandiri. Dari beberapa blog yang gue baca juga merekomendasikan agar mencari kosan yang murah dan standar mahasiswa lah. Klo biasanya magang di kemlu, sudah tentu menggunakan budget sendiri dalam keseharian kalian. Di sisi lain, kalian juga bisa aja sih merekomendasikan funding ke kampus kalian kalau memang kampus berkenan, atau beberapa Lembaga sosial yang ada di sekitar kalian. Tapi keknya sih agak susah dan rumit, mengingat program magang ini sifatnya mandiri dan mengunakan dana pribadi.

Saran Kosan, sebaiknya kalian cari di sekitar Kemlu ada di Jalan Pejambon.. Macam2 juga sih, tapi rata-rata diatas 1 juta perbulan semua. Kalau kalian mau yang 1 juta itu biasanya hanya menyediakan kamar mandi di luar dan tempaat jemuran, ada kipas angina, spring bed, lemari, meja belajar dan untuk satu orang. Kalau kalian 2 orang biasanya menyediakan juga dan bagusnya bisa dibagi rata. Ada yang sejuta setengah dan menggunkan AC, dan di dalam kamar ada kamar mandinya itu ada juga. Tergantung kalian aja gas maunya gimana. Kondisikan.

Tahap 2: Pembuatan Proposal Magang / Permohonan Magang 

Nah, dalam hal pembuatan proposal magang ini, hati-hati gaes. Silahkan untuk mengecek tanda-tanda baca, titik koma, seru dan lain sebagainya. Usahakan bahasa yang digunakan juga lebih berkharismatik, (asiik, tuh gimana tu kharismatik, wkwk), yah maksudnya di sini memperlihatkan tujuan serta arah dan sasaran yang jelas, kenapa magang itu diperlukan & sangat penting bagi institusi dan diri kalian. Menggunakan bahasa yang formal, dan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Sedikit agak ilmiah yang tidak apa-apa, malah lebih dianjurkan. Di sisi lain, kalian juga harus menyesuaikan dengan prodi atau jurusan kalian ya. Apakah sudah ada format yang ditetukan kampus atau jurusan. Soalnya setiap kampus lagi-lagi berbeda dalam kegiatan akademiknya.

Mengapa sangat penting penulisan proposal yang baik dan mudah dipahami? Kalian harus pahami gaes, soalnya yang membaca proposal kalian yaitu Diplomat dan bahkan pernah mendapatkan tugas sebagai duta besar, konsuler, bahkan pejabat tinggi di negara lain, dan memegang kepentingan nasional Indonesia di luar negeri, jadi bakalan sibuk banget dalam menjalankan proses kegiatan mereka sebagai pegawai di Kemenlu. Mereka sehari-harinya penuh dengan tugas negara, so dalam memeriksa proposal kalian juga kadang tidak setiap hari, penuh beberapa proposal bahkan hingga ratusan mahasiswa yang bakalan magang di kemlu juga. Jadi kalian harus menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh diplomat, kalau perlu intinya langsung, ga usah berbelit-belit.  

Kalau di UNIDA Gontor, khususnya Program Studi HI dan memang juga baru pertama HI nya, struktur proposal sebagai berikut; Cover, Pendahuluan, Latar Belakang, Tujuan Kegiatan, Nama Kegiatan, Waktu Pelaksaan Kegiatan dan Penutup. Bisa disajikan/dilampirkan juga bentuk magang yang dilaksanakan itu seperti apa. Kalau di UNIDA Gontor, HI kami magang hanya sebatas melaksanakan progam magang atau kerja dalam kurun waktu minimal 1 bulan, dalam rangka terjun dan melihat langsung dunia praktisi dan dunia kerja. Tapi kalau di kampus lain, ada program magang yang dilaksanakan dalam rangka penelitian dan bahlan ada tema tersediri yang diberikan oleh pihak prodi/jurusan. Silahkan, koordinasi lagi dengan pihak prodi :).

Tahap 3: Pengiriman Proposal/ Permohonan Magang 

Tahap pengiriman adalah salah satu tahap yang juga sangat krusial. Karena kalau tidak segera dikirimkan, proposal kalian akan ditikung (asiik, nikung rek kayak Rossi aja) atau didahului oleh ratusan proposal magang lainnya yang sudah siap masuk dalam Kemenlu. Pengiriman proposal magang bisa dilakukan sebaiknya 5-6 sebelum pelaksanaan program magang. Pelaksanaan magang yang dilakukan pada bulan November atau Desember Misalnya, bisa dikirimkan pada bulan Mei atau Juni. Selain itu, ketika mengirimkan proposal, kalian harus menyertakan alamat tujuan yang jelas, dan harus melampirkan alamat direktorat yang dituju. Kan gak mungkin kalian mau magang di kemenlu tau-tau datang gitu kan, ga ada tujuan yang jelas. Jadi, upaya dalam menyertakan alamat direktorat yang jelas bisa kalian cari sendiri di Struktur Kementerian Luar Negeri di website kemlu, yaitu www.kemlu.go.id atau bisa menghubungi kenalan di dalam Kemlu sendiri. Misalnya gue kemarin, gue mengirimkan seperti ini:

Yth, Direktur Timur Tengah
Sekretaris Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Jalan Taman Pejambon No.6, Senen, Jakarta

Akan tetapi, karena Direktorat Timur Tengah mahasiswa magang sudah full hingga bulan Februari-Maret 2018, dan juga beberapa kebijakan dari direktorat sendiri yang mendadak, Pak Agung selaku Sesditjen Aspasaf memberikaan opsi ke gue untuk magang di Direktorat Asia Selatan dan Tengah, yang terdiri dari beberapa negara di Asia Selatan dan Tengah, termasuk Iran, Azerbaijan, Kazakhstan, Tajikistan, Kyrgiztan, India, Turkeministan, Srilanka, Bangladesh dan lan sebagainya. Dari sinilah kemudian, pengalaman magang gue mulai berjalan dan trukir satu persatu (asiik beeet yaaak) selama sebulan penuh dan mendapatkan apresiasi dari Direktur dan juga beberapa diplomat yang ada di lokasi magang.

Perlu kalian ketahui guys, bahwa Kemlu itu persis seperti Univrsitas atau Perguruan Tinggi, yang terdiri dari beberapa Fakultas dan Jurusan. Cuma di Kemlu, Fakultas itu Direktorat Jenderal, dan Jurusan itu Direktorat. Misalnya Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, di bawahnya ada Direktorat Amerika Utara dan Selatan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, di bawahnya ada Direktorat Asia Selatan dan Tengah, Direktorat Timur Tengah, dan lain lain. Selain itu ada juga biro-biro dan beberapa Lembaga internal, seperti Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan dan lain sebagainya. Maka dari itu, lagi lagi pastikan, mau magang di mana dan tujuan harus jelas dan sesuai dengan minat saudara-saudara yang budiman :)

Tahap 4: Follow Up Proposal Magang

Dalam rangka follow up, kalian harus sering2 menelpon Kementerian Luar Negeri di nomor kantor, dan memastikan apakah ada tempat kosong atau direktorat yang membutuhkan tenaga anak magang dalam beberapa waktu ke depan. Yang sopan dan dengan irama/nada suara yang baik, insha Allah pegawai yang kalian telpon ramah dan memberikan jawaban yang memuaskan. Tentunya kalian tidak bisa langsung diterima begitu saja, melainkan kalian akan diberikan kepastian dan waktu tunggu sekitar 2-3 hari. Kalau tidak ada balasan, silahkan follow up lagi di Email Kemlu.

Telpon terus, kirimkan email dan bersabar, karena Allah bersama orang orang yang bersabar. Insha Allah nanti akan ada jawaban kalau kita sudah berikhtiar dan menunggu dengan penuh kesabaran. Tapi intinya, jangan berhenti untuk berusaha dalam memfollow up proposal magang. Telpon, email dan bersabar.

Tahap 5: Persiapan Keberangkatan

Kalian bisa menyiapkan keberangakatan jauh jauh hari. Apabila kalian luar Jabodetabek, berarti harus membutuhkan persiapan yang lebih, karena kalian merasa seperti merantau dan melakukan perjalanan jauh. Bisa naik kereta, pesaawat atau kapal. Tergantung dan sesuai isi dompet hhe. Cus cek traveloka kaaan. Kalau naik kapal dari Sulawesi atau Kalimantan lebih terasa sih dan ada jiwa rantau nya asiiiik, hhe, otomatis 3 hari sebelumnya kalian sudah harus berangkat. Kalau dari sumaatera naik pesawat atau kereta silahkan, asalkan bisa berpacu dengan waktu dan pas, tidak terlambat untuk masuk kantor keesokan hari sebelum janjain sama Pejabat yang akan ditemui sebeelum progam magang di Kemlu.

Kalau kalian di Jabodatebek, nah lagi lagi harus berdamai dengan macet dan dinamika kehidupan ibukota yang sangat padat dengan segala hiruk pikuknya. Bangun cepat waktu, sholat Shubuh dulu kalau yang Muslim, dan beranjak ke kantor. Jangan lupa sarapan. Naik Gojek atau Grab, otomatis download dulu aplikasinya dsb. Ingat, kalian masuk dalam wilayah Ibukota yang di mana jalan diisi oleh para pejabat dan pemangku kepentingan yang luar biasa sibuk-sibuknya. Kalau mau naik motor dan mobil, ya hati-hati saja. Sepetinya kalau di kemlu naik motor aja deh, kalau mobil sudah penuh soalnya dengan mbil Kepala Direktur, Bu dan Wamenlu dan para pejabat, hhe. Belum lag kalau macet kan.  Naik motor aja, di Jakarta lebih enak naik motor dan nyalip-nyalip hhe. Hati-hati tapi ya gaes, Polisi nya ada yang susah diajak berdamai biasanya, hhe.

Tahap 6: Melaksanakan Program Magang

Gue kemarin sampai di Kementerian Luar Negeri pada tanggal 2 Oktober 2017, karena pada tanggal 3 besoknya, gue harus sudah di kemlu dan bertemu dengan Pak Agung, salah satu Sekretaris Ditjen ASPASAF, atau Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang ada di Kemlu. Malamnya, bener gue gak bisa tidur, karena gue tidak tau harus melakukan apa dan bagaimana bsoknya; Masih ada rasa jet lag juga sih, karena baru sampai di Jakarta kemarin subuh dan nginap di rumah teman di Jakarta Selatan dekat UMJ, dan malamnya langsung dapat kosan di Pejambon dan rapi-rapi. Dari Jak Sel naik KRL tuh ke Jakpus malam malam, belum lagi bawa koper segede punya jamaah haji punya teman di UNIDA yang baru pulang umroh.

Bersama Wakil Mentri Luar Negeri RI
Ust. Dr. Abdurrahman Fachir di Kantor Wamenlu Lantai 3 Kemenlu 
Setelah dapat kos, barulah kemudian mempersiapkan apa saja yang harus gue lakukan besok sebelum ke Kemlu. Bener gue tidak bisa tidur dan tidak tahu harus melakukan apa, karena pada saat yang bersamaan, rasa capek dan jetlag bercampur jadi satu, dan memang ini adalah kali pertama memasuki dunia kerja yang betul betul mempunyai nama baik bagi hati Republik Indonesia, Kemenlu RI. Sekitar pertengahan malam baru bisa istirahat dan menyisakan beberapa cemilan untuk besoknya sampai di Kemenlu.

Nah, besoknya langsung ke Kemlu tuh, Cuma jalan doang soalnya kan dekat, lalu ke Kemlu di suruh tunggu sama pak Agung. Sebenarnya yang bantuin gue bisa magang sih pak Syahrul Murojjab, Diplomat Andalan Kemlu untuk urusan Timur Tengah dan penerjemahan. Beliau prnah di Kuwait dan pernah juga di Libya. Apalagi kalau ada tamu dari Tim Teng atau negara2 Arablah, kadang beliau [pak Syahrul] yang dipanggil istana untuk terjemah. Nah, karena beliau juga alumni Gontor, akhirnya bisa dimasukkin proposal magangku ke kemlu. Sampai di Kemlu ketemu Pak Agung dulu, terus diajak ke ruang ASpasaf, tempatnya Pak Desra Percaya. Pak Desra Diplomat kita yang pernah bertugas di New York dan sekarang sebagai Direktur Direktorat Asia Pasifik dan Afrika kalau gak salah. Selain itu, diajak makan juga di warung2 samping kemlu yang dekat markas Kostrad, yang sekarang sudah berubah menjadi Kantin Diplomasi. Dipusatkan semua sama Ibu Menlu di dalam kompleks Kemenlu.

Bersama rekan2 magang dan Pak Syahrul Murajjab,Alumni Gontor,
Diplomat Kemlu dan Penerjemah Kepresidenan
dan kini bertugas di KBRI Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia 
Nah, udah berjalan sampai sebulan pokoknya gue magang. Pas magang juga gue banyak hal yang bisa gu dapatkan. Ada yang bisa gue ambil dan serap ada juga yang agak sulit. Intinya mash belajar dan terus belajar ambil apa saja yang didapatkan. Karena di Gontor kami mendapatkan motto, apa yang dilihat, di dengar dan dirasakan dalam keseharian di Pondok adalah Pendidikan. Maka falsafah pondok ini aku terapkan ketika magang. Apa yang gue lihat dan rasakan, bahkan teguran dan arahan serta pengawalan dan peengawasan adalah bagian dari  pendidikan dan pengajaran langsung kepada diri saya.

Selain itu, ketika magang sempat berdiskusi mengenai dinamika politik luar negri Indonesia yang Bebas dan Aktif bersama Wakil Menteri Luar Negeri Bapak Dr. Abdurrachman Muhammad Fachir di Kantor Wamenlu, lantai 3 Gedung Utama Kemenlu. jadi ceritanya itu ada teman yang juga ingin bertemu beliau lalu diperkenankan untuk menemui beliau di kantornya. Alhamdulilah, karena beliau bisa ditemui akhirnya kami, yang trdiri dari Maulana (anak UNIDA), Wildan (Anak UMM), dan juga si Djalal (anak LSPR) bisa berkunjug dan bersilaturrahmi dengan beliau. Kita berbicara mengenai masa depan politik luar negeri Indonesia, peran Indonesia dalam membrikan bantuan untuk korban konflik kmanusiaan di Rohingya, Myanmar, serta intinya, meembicarakan bagaimana agar para lulusan santri mampu dan bisa berkiprah seperti beliau. Perlu sepengetahuan beliau adalah alumni Pondok Modern Gontor dan menyelesaikan studi S1 di IAIN Jakarta dan S2 di Mesir, serta S3 di Unversitas Gajah Mada. 


Bersama Duta Besar RI untuk Azrbaijan Husnan Bey Fannanie
dalam acara Bussines Matching and Bussiness Forum di Tangerang


Kegiatan Non Prioritas Selama Magang

Nah, ketika program magang berlangsung, kemarin gue gak hanya sekedar magang gitu aja gays, akan tetapi mencoba untuk memaksimalkan potensi diri dengan mengikuti beberapa acara dan agenda nasional maupun internasional yang memang sangat banyak diadakan di Jekardah. Entah yang ngadakan kampus, instansi pemerintahan, lembaga tinggi suatu perusahaan ataupun NGO. Periode magang kan dilaksanakan setiap hari dari Senin dan Jumat. Nah, tntu saja saya mencoba untuk mencari agenda yang diadakan pada hari SAbtu dan Ahad sebagai pemenuh agenda di akhir pekan. Daripada di kamar aja dan hanya ikut CFDan, kadang gue juga boring dan merasa tidak ada kerjaan kalau malam. Mau garap skripsi juga boring dan gak ada motivasi wkwk. Nah, salah satunya kemarin saya sempat menjadi pembicara dalam ajang Santri Writer Summit 2018 yang didakan oleh komunitas santrinulis.com, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2018 oleh Kementerian Agama. Di situ ketemu senior juga Kak Ibrahim Malik. Selain itu ada juga acara Peace Builders Forum yang diadakan oleh NGO AMAN Network, yang berdiri sebagai instansi yang mempromosikan Hak Asasi Manusia dan Emansipasi di Asia Tenggara, juga dalam pembahasan terorisme. Di event ini ketemulah dengan pak Azyumardi Azra, Pak Wiranto dan aktivis2 kemanusiaan lainnya. Mantap pokooknya. Sebulan penuh full penuh agenda. 

Intinya apa gaes, kalau bagi kalian yang mungkin tinggal di Jabodetabek mungkin sudah bisa, atau bisa saja langung balik ke kosan dan rumah. Tapi kalau memang lokasi tempat kalian atau kampus kalian jauh maksimalkan waktu kalian di Jakarta selama 1-2 bulan mengikuti event2 nasional atau internasional. Di situ kalian memperluas relasi dan konektivitas antar anak muda, khususnya anak perkuliahan yang hauas2nya akan pengetahuan dan wawasan. Atau kalau ada rezeki banyak bisa jalan jalan menelusuri wisata kota Tua dan jalan2 di objek wisata di wilayah jabodetabek. Intinya siahkan agar waktu kalian tidak kosong dan bisa berjalan jalan kemana yang kalian kehendaki. Kalau kata orang dulu itu, jalan jalan aja kemana saja di waktu, maka kalian akan menikmati istirahat di rumah pada masa tua : D

Penutup
Mungkin itu saja guys yang dapat gue share ke kalian. Kalau mau tanya2 tentang magang atau tentang bagaimana anak muda seharusnya memaksimalkan potensi diri dan kapasitas, feel free to ask me di DM instagram @akbarrahmadi_ aatau WA gue ke 08212517556 . Ini masih magang lo, belum lagi penelitian skripsi. Penelitian skripsi gue sama di kemlu juga Cuma di Direktorat Timur Tengah, karena membahas mengenai perang Saudara di Suriah dn peran Politik Luar Negeri Indonesia. Seru bet pokoknya.

Selamat Malam. Selamat Magang bagi kalian yang mau magang : )

Selasa, 17 April 2018

#DiplomatZamanNow itu ya #DiplomatNyantri

#DiplomatNyantri di Gontor sebagai People to People Diplomacy, Langkah Besar Kemlu Mencetak Diplomat Muda Indonesia Berkepribadian Dan berwawasan Pesantren. 

By Muhammad Akbar Rahmadi, HI UNIDA Gontor 2014

Akhir Bulan Rajab dan awal hingga pertengahan April, UNIDA Gontor, Ponorogo mulai sibuk mempersiapkan kedatangan diplomat muda Indonesia dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berjumlah 47 orang, meskipun yang hadir berjumlah 36 orang. Sebagian panitia yang dibimbing oleh Asatidz dan Ustadzah sudah melakukan koordinasi yang matang beberapa malam sebelumnya dengan biro dan lembaga Kampus yang khusus menangani kerjasama lembaga. Paginya, dengan persiapan yang apik dan matang, beberapa panitia berangkat ke Bandara Adi Sucipto Solo dengan beberapa rombongan mobil pondok untuk menyambut kedatangan para diplomat.

Suasana hangat pagi nan cerah menambah jiwa semangat dan optimistis mahasiswa dan dosen2 kali ini. Betapa tidak, putra-putri terbaik negeri ini sebagai penggerak mesin diplomasi Indonesia ingin belajar dan berbagi, lebih tepatnya lagi #mondok atau #nyantri di Universitas Darussalam Gontor, sebagai kelanjutan jenjang menengah di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Indonesia.

Agenda mondok atau nyantri yang terselenggarakan sukses seminggu ini terlaksana atas hasil kerjasama & kolaborasi Kementerian Luar Negeri RI dan Universitas Darussalam Gontor, yang melibatkan jajaran dosen dan mahasiswa yang terdiri dari prodi Hubungan Internasional dan Ilmu Komunikasi, yang keduanya di bawah naungan Fakultas
Humaniora. Dari pihak Kemenlu RI ialah Lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan, dalam jenjang Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Kemlu RI, Angkatan ke 60 yang semuanya berproses menuju tingkat Diplomat Madya. Dipimpin oleh Direktur Sesdilu, Bapak M. Aji Surya, yang sangat akrab jika dipanggil dengan #DiplomatZamanNow dan tentunya
ditujukan kepada semua peserta SESDILU 60.

Perlu sepengetahuan, dalam Kementerian Luar Negeri RI, ada tiga jenjang proses pendidikan Diplomat karir, yaitu 1) Sekdilu, atau Sekolah Dinas Luar Negeri, 2) Sesdilu, atau Sekolah Staf Luar Negeri dan 3) Sesparlu, Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri. Semua jenjang ini diadakan secara bertahap dan akan menjadi mercusuar kemajuan para diplomat dan praktisi Kemenlu RI dalam mengawal mesin diplomasi Indonesia.

Selama 4 hari mereka di sini, kegiatan santri dan santriwati yang variatif nan dinamis disajikan oleh pondok dengan penuh khidmat dan kearifan. Lalu lalang ribuan santri seperti air yang mengalir, berada dalam alam pendidikan Pondok Gontor yang khas dengan kedisiplinan yang rapi dan elegan, menjadi salah satu pemandangan yang unik bagi peserta diplomat yang sedang nyantri. Para diplomat pun belajar dan melihat realitas alam pendidikan Gontor, penegakan disiplin bahasa di Gontor, antrian panjang di dapur umum, percakapan khas bahasa arab pondok, hingga mondar-mandir dalam suasana keakraban santri dan guru-guru di malam hari yang semuanya menambah keteduhan dan harmoni Pondok Madani (istilah Gontor dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ust. A. Fuadi).

Menjelang maghrib di Pondok Putra dan Putri, nuansa damai dan sejuk pun datang. Dengan aroma disiplin, santri yang terlambat akan diberdirikan, menjadi ciri khas tersendiri, bahwa disiplin dalam pergi ke Masjid adalah usaha untuk mendidik diri sendiri dan keluarga di masyarakat nanti, hingga lantunan azan tiba. Di malam awal kedatangan para diplomat, mereka diarahkan untuk mendengar Pesan dan Nasehat dari Kyai Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal. Dengan kharismatik seorang Kyai, Kyai Hasan menyampaikan peran penting seorang diplomat akan wawasan kepesantrenan dan Islam sebagai Rahmat dan salah satu pilar utama diplomasi Indonesia.

Besok paginya, latihan senam ala Pondok diadakan bersama para #DiplomatZAmanNow, sempat juga latihan bola bersama hingga mengajak guru dan mahasiswa untuk ikut andil dalam jeni olahraga terbesar di jagad ini. Meskipun dimenangkan oleh Tim kampus UNIDA, nilai2 kebersamaan dan sportivitas tetap di junjung tinggi para Diplomat Muda, Tim #Sesdilu60

Suasana menjadi ddem lan tentrem tatkala panggilan Azan Jum’at mulai menggema dan mengarahkan para Santri Gontor yang ribuan itu serta #DiplomatNyantri untuk bersegera ke Masjid. Dilanjutkan besoknya, segala elemen kampus UNIDA Gontor memberikan sumbangsih yang optimal di kelas-kelas diskusi, baik tentang diplomasi ekonomi, perlindungan WNI, tantangan dan peluang dari regionalisme hingga
pemaparan tentang Simulasi Sidang PBB, OKI, dan International Conference. Para Diplomat muda juga bertemu Rektor UNIDA Gontor, Prof. Amal Fathullah Zarkasyi. Selain itu, kehadiran Pakar Peradaban Islam, Penulis buku Misykat yang juga sebagai wakil Rektor 1 UNIDA Gontor, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi MA menambah suasana keakraban diskusi Diplomat dan akademisi.

Dalam sepekan ini, para Diplomat membagi pengalaman mereka sebagai praktisi selama apa saja tantangan dan peluang menjadi diplomat. Di sisi lain, wadah pertukaran ide dan gagasan kepesantrenan yang dibagi oleh mahasiswa UNIDA Gontor menjadi nilai plus tersendiri bagi diplomat. Di sore hari, Senam raga juga dimaksimalkan bersama para santri dan mahaiswa #Santriwati. Ini juga penting karena #AkalYangSehat terdapat pada #BadanYangSehat pula.

Pengalaman kami, yang pernah #mondok dan #nyantri di Gontor, kenapa Gontor
tetap eksis hingga hari ini, karena pendidikan kepemimpinan di Gontor sangat khas dan mempunyai makna dan kesan edukatif kepada para santri-santri. Pondok Pesantren adalah corak asli pendidikan Indonesia yang indigineous. Pendidikan Keislaman di Pondok yang berdaya sentuh Rahmatan Lil’Alamin, mampu mencetak dan mengkader alumninya hingga mampu berkiprah di mana saja kapan saja di medan apa saja, dan semuanya itu dalam rangka mendidik Santri.

Sebut saja Wakil Menteri Luar Negeri RI saat ini, Bpk AM Fachir, yang juga alumni Gontor. Beliau pernah menjabat sebagai Dubes RI di Mesir dan Wakil Dubes di Arab Saudi. Suatu kali, beliau pernah bercerita bahwa pengalaman latihan Pramuka saja di Gontor, mengajarkan santri untuk selalu semangat dalam totalitas tinggi dalam
menuntaskan pekerjaan. Ini kemudian menginspirasi Pak Fachir untuk terus semangat dalam mengawal perlindungan WNI di beberapa konflik di negara-negara Timur Tengah saat menjadi diplomat sebelum menjadi dubes (pengalaman kami menghadiri sarasehan alumni Gontor 90 tahun Gontor & wawancara langsung di kantor beliau).

Tidak hanya itu, bahasa arab dan inggris sebagai poros pendidikan linguistic santri menjadi andalan ketika mereka sudah lulus dan terjun di dunia kerja manapun itu. Contohnya saja, yang mewakili Kemenlu RI dalam penerjemahan resmi negara saat kedatangan King Salman Bin Abdul Aziz ke Indonesia juga alumni Gontor, Syahrul Murajjab, yang kini mengemban amanah negara sebagai diplomat Indonesia di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan ada beberapa alumni Gontor yang memilih untuk menjadi staf lokal di berbagai perwakilan RI di Eropa dan Timur Tengah. Masih banyak lagi peran santri dan alumni Pondok, tidak hanya Gontor saja, yang memberikan pesan positif bahwa alumni pondok pesantren tentunya bisa bersaing dan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada ketika mereka sudah lulus dan terjun langsung di masyarakat
nantinya.

Tantangan ke depan tentu banyak. Kolaborasi antara unsur-unsur pemerintah dan masyarakat sipil dalam menjawab segala tantangan global perlu terus dilakukan agar menghasilkan solusi-solusi yang mampu menjawab masalah yang dilihat dari berbagai perspektif, apalagi sudut pandang kepesantrenan. Apa yang dilaksanakan oleh Kemlu RI dan Gontor beberapa hari ini memberikan pesan positif bahwa Para Diplomat dan Negosiator Indonesia bisa terus menjadi pilar kokoh dalam menjawab tantangan global.

Para diplomat belajar tentang arti keikhlasan, kesederhanaan, berdikari dan ukhuwah Islamiyah serta kebebasan yang positif dalam lingkungan kepesantrenan. Selain itu, motto pondok berupa Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas mampu dialami para diplomat dalam sepekan yang betul-betul di alam kekhusyukan santri. People to People Diplomacy_semacam ini perlu terus digaungkan agar kedepannya, semakin banyak para diplomat Indonesia yang memahami kultur kepesantrenan sebagai corak pendidikan Asli Indonesia. Tujuannya adalah agar para diplomat dapat menerjemahkan Rahmat sebagai perbendaharaan Ilahiyah yang menjadi ruh dari Islam, ke dalam berbagai bentuk ekspresi universal dalam interaksi antar bangsa. Hanya dengan ini, Indonesia bisa eksis dan bermakna  dalam percaturan dunia.

Santri pun demikian, tidak hanya bisa membaca kitab dan duduk di madrasah serta masjid saja, melainkan santri harus mampu membaca isu-isu aktual, dinamika politik di negaranya dan kawasan ASEAN dan global secara keseluruhan, peluang dan tantangan, mampu berpikir kritis terhadap isu-isu domestik dan internasional, serta secara aktif memberikan gagasan yang konstruktif bagi kemajuan bagi Indonesia di masa mendatang, yang tentunya akan
menjadi nilai plus bagi santri itu sendiri dan kemajuan Islam di nusantara ini.
Sehingga, santri mampu merepresentasikan elite ruhaniyah sebagai Ulul Albab, yang mampu memandang dinamika internasional dari perspektif Rabbani, dan menawarkan solusi segar bagi segala bentuk penyakit jaman yang tengah menjangkiti dunia saat ini.

Agenda seperti #DiplomatNyantri ini menstimulus peran dari mahasiswa santri yang produktif sebagai penjaga utama atau #Guardian dalam nilai moralitas perdamaian dan kemanusiaan di Indonesia. Mereka diajarkan dari sejak duduk di bangku perkuliahan, hingga ketika lulus nanti terus berkontribusi dalam memberikan aroma perdamaian dan kemanusiaan ke dalam mesin politik luar negeri Indonesia.

Terima Kasih Kakak kakak Diplomat #Sesdilu60 Kemlu RI, terima kasih juga pihak panitia dari UNIDA Gontor. Kakak Diplomat jangan bosan datang ke Pondok dan kampus kami. Jadi ceritanya, #DiplomatZamanNow itu mondok dan nyantri di Gontor. Hhe.

Asykurukum Syukron Jaziylan
.

Salam #SahabatKemlu #sahabatunidagontor

Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri

1.1 Foto ketika mengawal pelaksanaan acara Focus Group Discussion dengan Kemenlu mengenai Prospek Perdamaian di Afghanistan. Tangerang, ...